Jakarta (ANTARA News) - Dikotomi Islami dan nasionalis sebaiknya dihilangkan meskipun secara alamiah masyarakat Indonesia terdiri atas unsur yang berlatar belakang berbeda dan dengan menghilangkan dikotomi tersebut, maka pembedaan bahkan pertentangan antar unsur dapat terhindarkan. Demikian diungkapkan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Ginandjar Kartasasmita pada Simposium Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Persatuan Ummat Islam di Gedung Nusantara V Komplek Parlemen, Jakarta, Sabtu seperti disampaikan dalam keterangan pers DPD. Ginanjar mengemukakan, dikotomi seperti itu perlu dihilangkan karena sulit membedakan antara nasionalis Islam dengan agamais nasionalis. "Bagaimana membedakan nasinalis Islami dan agamis nasionalis? Kan susah," katanya. Dia mengatakan, pembedaan yang melahirkan pertentangan antar unsur di masyarakat seperti kelompok abangan dan santri, di samping Islamis dan nasionalis. Dikotomi itu sengaja dibuat pihak-pihak asing. "Yang membuat bukan orang Indonesia, penulis-penulis asing," katanya. "Kadang-kadang kita malah ikut-ikutan. Alangkah bodoh kita mengikuti genderang mereka. Cobalah kita membangun dengan dada tegak dan muka melihat ke depan. Jangan cuma tunduk dengan ungkapan orang lain," katanya pula. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid mengingatkan agar tidak terjadi lagi adu domba, terutama antara kelompok keislaman dan keindonesiaan. Keislaman dan keindonesiaan ibarat dua sisi mata uang yang saling menguatkan dan saling mengisi. "Itu dia bagian yang dalam dirinya sekaligus menghadirkan peradaban yang berkeunggulan," katanya. Dalam konteks keislaman, Indonesia yang dicita-citakan Umat Islam, antara lain, memiliki toleransi beragama dan menjaga kerukunan antar-umat beragama untuk memajukan kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Nurwahid mengingatkan jangan sampai stigma dan fitnah yang ditujukan untuk Umat Islam menjadikan mereka seperti warga kelas dua. Menurut dia, Umat Islam bersama umat beragama lain adalah pemilih sah negeri ini. Karena itu, layak bila Umat Islam berada di garda terdepan untuk memajukan negeri ini dan memajukan umat di negeri ini.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008