Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat sore menguat tajam mendekati angka Rp9.250 per dolar AS berkat aksi beli pelaku pasar yang terus meningkat menjelang penutupan. "Besar minat beli rupiah mengakibatkan mata uang Indonesia terus menjauhi angka Rp9.300 per dolar AS yang terpicu oleh melemahnya harga minyak mentah dunia yang mencapai 131,85 dolar AS per barel," kata Pengamat Pasar Uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Jumat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.255/9.260 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.290/9.292 per dolar As atau naik 35 poin. Menurut dia, faktor utama yang memicu rupiah menguat adalah besarnya minat beli asing terhadap obligasi pemerintah yang ditawarkan ke luar negeri, sehingga permintaan dolar AS oleh pelaku terutama dari BUMN dapat dipenuhi. Permintaan dolar AS khususnya dari Pertamina sangat besar dan juga perusahaan yang harus membayar hutang jatuh tempo, katanya. Kenaikan rupiah, lanjut dia kemungkinan akan masih berlanjut karena sentimen positif penawaran obligasi itu masih terus terjadi sehingga mendorong rupiah makin menguat. "Kami optimis rupiah bisa berada di bawah angka Rp9.250 per dolar AS, apabila sentimen positif itu masih terus terjadi," katanya. Edwin Sinaga mengatakan, rupiah yang terus menguat hingga mendekati Rp9.250 per dolar AS sebelumnya sudah diperkirakan melihat minat asing untuk meningkatkan investasi di dalam negeri cukup besar. Pelaku asing yang menyatakan untuk meningkat investasi terutama dari investor Australia dan Timur Tengah untuk yang menginvestasikan di sektor perbankan. Apabila ini terjadi maka pertumbuhan perbankan akan semakin membaik, setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mengakibatkan laju ekonomi agak mengendor, tuturnya. Pembelian obligasi oleh asing itu menunjukkan mereka masih percaya bahwa ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh lebih baik, apalagi pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Asing sangat berminat bermain di pasar domestik juga terdorong oleh tinggi selisih suku bunga rupiah terhadap dolar AS yang mencapai 6,5 persen (8,50-2,00), demikian Edwin Sinaga. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008