Palangka Raya (ANTARA News) - Antrean kendaraan untuk mendapatkan bahan bakar minyak di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dalam empat hari terakhir makin parah akibat pasokan BBM yang tersendat. Pantauan ANTARA di Palangka Raya, Sabtu, antrean terparah terjadi di SPBU Jalan S Parman dengan ratusan kendaraan roda empat yang berjajar sepanjang lebih dari tiga kilometer untuk mendapatkan BBM jenis premium. Sementara antrean sepeda motor dan kendaraan berbahan bakar solar, juga terlihat memanjang sekitar satu kilometer di sepanjang sisi kanan dan kiri SPBU tersebut. Antrean panjang serupa terjadi di seluruh SPBU lain di Kota Palangka Raya, yakni SPBU Jalan RTA Milono, SPBU Jalan Achmad Yani, SPBU Jalan Tjilik Riwut kilometer 7, dan SPBU Jalan G Obos, yang terjadi sejak pagi tadi. Sales Area Manager Pertamina untuk Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah, Budi Busama, mengakui antrean tersebut sebagai dampak tersendatnya pasokan BBM di Depo Pulang Pisau. "Kapal tanker pengangkut BBM untuk Kalteng memang terlambat masuk pada Rabu (18/6) dan Kamis (19/6) lalu. Namun Jumat kemarin (20/6) pasokan BBM telah normal, sehingga stok kini telah aman," jelasnya. Untuk mengatasi antrean itu, Pertamina menyatakan telah menambah stok harian untuk SPBU wilayah Palangka Raya dan sekitarnya sebanyak 30 persen dari alokasi normal 180 ribu kilo liter per hari. Budi mengatakan, masyarakat saat ini diharapkan tidak perlu panik stok kosong karena Depo Pertamina masih memiliki stok mencukupi dalam jangka waktu empat hari mendatang. "Antrean dengan cepat teratasi bila warga tidak panik, karena pada dasarnya stok mencukupi," tambah Budi. Sementara itu, sejumlah pengemudi mengaku harus antre selama lebih empat jam hanya untuk mendapatkan premium sebanyak 40 liter karena panjangnya antrean itu. Kendaraan angkutan umum, seperti angkutan kota dan bus antar kota juga nampak terlihat dalam antrian. Para pengemudi angkot itu mengeluhkan dampak antrian yang menyebabkan hilangnya pemasukan harian karena tidak punya waktu mencari penumpang. Harga premium di tingkat eceran juga terus melambung seiring kembali terjadinya antrean itu. Rata-rata para pengecer menjual premium seharga Rp9.000 hingga Rp10 ribu per liter. Meski mahal, banyak warga yang rela membeli premium di ecerean dengan alasan enggan menghabiskan waktu untuk antre.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008