Manila, (ANTARA News) - Akhir pekan lalu adalah salah satu tanggal paling kelam dalam sejarah bencana alam di Filipina dengan banjir, tanah longsor, jalan yang terendam serta kapal yang tenggelam. Lembaga bantuan penanggulangan bencana dan Palang Merah di negeri itu, Ahad malam, mengumumkan bahwa sedikit-dikitnya 229 orang tewas dan 700 lainnya hilang saat topan "Fengshen" memporak-porandakan negeri itu sejak Jumat sore. Banyak orang, kata beberapa pejabat, dikhawatirkan tewas seiring kecilnya harapan untuk menemukan penyintas (survivor) dari 700 orang di feri "M/V Princess of the Star" yang tenggelam di lepas pantai provinsi Romblon, Filipina tengah, Ahad. Sejauh ini, hanya empat penyintas telah mencapai pantai dan sisanya "belum ditemukan", kata jurubicara Penjaga Pantai Filipina (PCG) Armand Balilo. Kapal berbobot 23.000 ton milik Sulpicio Lines itu membawa lebih dari 700 orang. Kapal itu meninggalkan Manila menuju tempat pelancongan, Cebu, di Filipina tengah, Jumat. Feri tersebut dihadang laut yang bergelora pada Sabtu siang, kemudian nakhoda memerintahkan penumpang meninggalkan kapal --yang delapan mesinnya telah rusak parah akibat terjangan ombak besar dan angin keras. Petugas penyelamat dari PCG yang tiba di tempat kejadian Ahad melaporkan bahwa mereka "tidak melihat adanya penyintas atau mayat di sekitar kapal yang terbalik itu atau bahkan jaket penyelamat atau barang yang mengambang", demikian laporan jaringan berita INQUIRER.NET. "Petugas penyelamat juga berencana menyisiri daerah pantai lain untuk memeriksa apakah ada penumpang kapal tersebut," kata Komandan PCG Laksamana Wilfredo Tamayo kepada INQUIRER.NET. "Saya berharap dan berdoa bahwa banyak penumpang baik-baik saja," katanya. Sementara itu, Dewan Koordinasi Bencana Nasional (NDCC), Ahad pagi, melaporkan bahwa banjir, lonjakan topan, dan tanah longsor telah membuat 366.444 orang jadi korban, 70.717 di antara mereka berada di pusat penampungan pengungsi. Menurut badan bantuan tersebut, 229 orang dikonfirmasi tewas akibat berbagai kecelakaan yang ditimbulkan oleh topan. Senator Richard Gordon, pemimpin Palang Merah nasional Filipina, mengatakan jumlah korban jiwa juga dapat melonjak secara drastis karena laporan mengenai korban jiwa dari berbagai tempat seperti Luzon di Filipina tengah belum sampai ke Manila. Hujan leban dan angin keras benar-benar menghancurkan 127 rumah dan 16 rumah lagi mengalami kerusakan sebagian, kata NDCC. Genangan banjir di banyak tempat di Filipina melonjak dengan sangat cepat sehingga banyak jalan terendam dan tak bisa dilewati kendaraan, sementara banyak warga di Filipina tengah dilaporkan meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke atap rumah atau ke dahan pohon yang tinggi. Saluran telefon dan listrik serta sinyal telefon genggam terputus di banyak tempat negara pulau tersebut, termasuk ibukotanya, Metro Manila. Topan itu telah membuat terperangkap 5.095 penumpang, 288 barang, 90 truk, 59 bus penumpang, 48 kendaraan kecil, dan delapan kapal laut, kata NDCC. Topan tersebut, yang membawa angin dengan kecepatan 150 kilometer per jam, memasuki Filipina dari pulau Samar di bagian timur negeri itu, Jumat. Topan tersebut bergeser pada Ahad ke arah barat-laut dan menghantam Manila saat fajar, sehingga menimbulkan hujan lebat di ibukota Filipina itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008