Jakarta (ANTARA News) -Pemerintah Indonesia dan Jerman sepakat melaksanakan program debt swap bernilai 25 juta euro yang akan dimanfaatkan untuk memberantas tiga jenis penyakit, yakni HIV/AIDS, malaria dan TBC. "Mekanismenya adalah segera setelah pemerintah Indonesia membayar utang kepada pemerintah Jerman melalui Global Fund to fight AIDS, TB and malaria atau GF, maka pemerintah Jerman akan mengurangi utang pemerintah Indonesia sebesar dua kali lipat atau istilah teknisnya adalah discount 50 persen," kata Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyantmo kepada pers di Jakarta, Senin usai bersama Dubes Jerman untuk Indonesia Baron Paul Maltzahn mengumumkan dimulainya program ini. Rahmat mengatakan pemerintah Indonesia sangat gembira mencapai kesepakatan dengan Jerman untuk melaksanakan program yang disebut Debt2Health, "Kami gembira bahwa kami merintis instrumen baru ini bersama rekan-rekan dari Jerman dan Global Fund. Program Debt2Health memnungkinkan kami untuk mengalihkan utang menjadi sumber pendanan baru untuk bidang kesehatan di Indonesia," katanya.. Fungsi Debt2Health adalah serupa dengan pengalihan utang, karena Jerman telah sepakat untuk menghapus utang Indonesia sebesar 50 juta Euro sedangkan Indonesia sepakat untuk menginvesvtasikan separnuh dari jumlah tersebut untuk program-prnogram kesehatan yang didukung Global Fund. Rahmat mengatakan selain dengan Jerman, maka pemerintah Indonesia juga memliki program debt swap dengan Italia serta sedang menyelesaikan satu program dengan pemerintah Amerika Serikat. "Program debt swap dengan Italia adalah untuk ikut membiayai rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darnussalam. Sedangkan dengan pemerintah AS, rengah dibahas program debt swap bagi sektor kehutanan," kata Rahmat . Karena itu, pemerintah Indonesia mengharapkan negara-negara kreditor untuk lebih serius lagi mempertimbangkan program debt swap, karena nilai keseluruhan debt swap Indonesia masih sangat kecil sekali sekitar 275 juta dolar AS. "Jumlah ini masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan potensi besarnya utang ODA Indonesia kepada negara-negara kreditor itu," kata Dirjen. Harapan itu disampaikan Indonesia, karena program debt swap ini sangat diperlukan untuk memperluas sumber pembiayaan pembangunan di Indonesia serta untuk mendorong program-program prioritas di bidang MDG, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan perubahan iklim, kata Rahmat. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008