Denpasar, (ANTARA News) - Teknologi pendaur ulang sampah untuk menghasilkan listrik, energi alternatif menggunakan non bahan bakar minyak, yang diterapkan di Denpasar, Bali, merupakan yang pertama di Indonesia. "Selain menghasilkan energi listrik, kehadiran teknologi canggih dari Inggris itu juga sanggup menangani masalah sampah secara tuntas," kata Direktur PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) H. Soeyoto, MBA di Denpasar, Rabu. Ia mengatakan, proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik yang pertama di Indonesia tersebut telah didaftarkan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena akan mampu menurunkan emisi udara. Proyek dengan investasi 30 juta dolar AS itu sedang dalam uji coba untuk menghasilkan listrik, tahap pertama ditargetkan dua megawatt (Mw) pada 1 Oktober 2008. "Kapasitas tersebut ditingkatkan dua kali lipat menjadi empat MW pada 1 Juni 2009 dan ditambah lagi hingga total menghasilkan energi listrik 9,6 MW pada 1 Juli 2010," ujar Soeyoto. Dijelaskan, energi listrik hasil daur ulang sampah itu akan masuk dalam sistem kelistrikan Bali sesuai dengan naskah kerjasama yang ditandatangani antara PT NOEI dengan PT PLN Distribusi Bali. Proyek tersebut mampu mengolah 800 ton sampah per hari, berasal dari empat kota/daerah, yakni Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan yang tergabung dalam wadah Serbagita. Proyek tersebut digarap sejak akhir 2005 di atas lahan seluas sepuluh hektar yang disediakan Pemerintah Propinsi Bali di pinggiran kota Denpasar. Kehadiran proyek yang sejak lama didambakan itu selain menghasilkan energi listrik, sekaligus menangani masalah sampah secara tuntas, ujar Soeyoto. General Manager PT PLN Distribusi Bali, Ir Sudirman menambahkan, kehadiran proyek pendaurulangan sampah untuk menghasilkan energi listrik akan mampu memberikan penghematan yang cukup besar. Penggunaan energi dua MW pada tahap pertama akan mampu menghemat biaya operasional PLN sebesar Rp6 miliar per tahun dan tahap pedua sebesar Rp48,6 miliar pada 1 Juni 2009, hingga total penghematan mencapai Rp180,7 miliar pada 1 Juli 2010, katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008