Sidoarjo (ANTARA News) - Sejumlah warga korban luapan lumpur Lapindo Brantas Inc. asal Besuki, Kecamatan Jabon Sidoarjo, Jatim, Rabu, terpaksa menebangi puluhan pepohonnan yang kering, akibat terendam lumpur. Kayu-kayu yang didapat dari bekas pepohonan pinggir eks tol Porong-Gempol tersebut tidak hanya digunakan untuk kebutuhan masak keluarganya, namun juga dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Suparno, pengungsi di eks tol Porong mengaku lantaran sudah lama menganggur semenjak luapan lumpur menggenangi rumahnya, kesehariannya tak punya pendapatan yang tetap untuk menafkahi keluarganya. "Banyaknya pepohonan yang kering akibat terendam lumpur, saya jadikan mata pencaharian untuk keluarga dengan cara mengolahnya menjadi kayu bakar. Satu ikat kayu saya jual Rp15 ribu-Rp20 ribu," katanya. Untuk pengeringan kayu yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran dan juga agar mudah terbakar, dibutuhkan waktu selama kurang lebih lima belas hari. "Setelah dikeringkan kurang lebih dua minggu, baru nanti akan di bawah ke pasar untuk dijual. Sedangkan, yang ranting kecil-kecil, digunakan sendiri untuk kebutuhan memasak," kata bapak tiga anak ini. Suparno berharap kepada pemerintah untuk segera mencairkan ganti rugi tiga Desa yakni Besuki, Pejarakan dan kedungcangkring Utara, Kecamatan Jabon seperti yang sudah dijanjikan akan diambilkan dana APBN-P. "Saya minta presiden segera mencairkan ganti rugi warga tiga desa itu agar kehidupan rakyatnya kembali normal," katanya. Ia juga mengatakan, jika ganti rugi sudah turun, akan mencari pekerjaan lain dan tidak menebangi pohon yang sebenarnya bukan miliknya. "Nebang pohon ini dilakukan karena terpaksa untuk menyambung hidup," tambahnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008