Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Penyelenggaraan Haji, Slamet Riyanto membenarkan perolehan pemondokan bagi jemaah haji Indonesia pada musim haji 1429 H/2008 M sedikit lambat disebabkan dampak dari perluasan Masjidil Haram, sehingga tim perumahan jemaah haji Indonesia harus mencari hotel lebih jauh dari jarak Masjidil Haram. "Ya, itu risiko. Kita kan juga sama-sama ingin berhaji dengan kondisi lebih nyaman di masa datang," kata Slamet melalui telepon di Jakarta, Kamis (26/6). Slamet mengatakan, pemerintah Arab Saudi melakukan perluasan kawasan Masjidil Haram agar umat Muslim -- yang tiap tahun datang dalam jumlah jutaan orang -- dapat melaksanakan ibadah di tempat yang nyaman. "Jadi, kita harus dukung. Nanti, jemaah tahun-tahun berikutnya kan enak pergi haji," kata dia. Namun di sisi lain, perluasan Masjidil Haram berpengaruh luas terhadap perolehan pemondokan bagi jemaah haji Indonesia. Sekarang ini baru sekitar 40 persen. Diharapkan menjelang bulan Ramadhan atau tiga bulan ke depan sudah diperoleh kepastian bahwa pemondokan tak ada masalah lagi. Diakui sekarang ini untuk mendapatkan pemondokan dekat dari wilayah Masjidil Haram sangat sulit. Selain harganya mahal, sekitar 350 ribu rial hingga 400 ribu rial per jemaah per musim haji. Sedangkan Indonesia hanya memiliki pagu sekitar 200 ribu rial. Bagaimana mengatasi hal itu? Menurut Riyanto, untuk menaikkan harga sewa pemondokan sudah tak mungkin lagi. Satu-satunya jalan adalah mencari lokasi yang nyaman kendati jarak cukup jauh. "Saya kira, di sekitar kawasan Aziziah cukup baik," kata Slamet Riyanto. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008