Pantai Nama di ujung barat Pulau Kisar tampak seperti bulan sabit. Bagi para pemuja pantai, pantai berpasir putih itu sungguh laksana surga dunia. "Ini pantai pasir putih dengan laut paling bersih yang pernah saya kunjungi," kata Irawati Hibowo dan Tjong Mukfa, warga Jakarta yang mengunjungi Kisar belum lama ini. Irawati dan Tjong Mukfa tak bisa menyembunyikan rasa takjubnya ketika petang menjelang, mereka menyaksikan matahari yang kemerah-merahan perlahan tenggelam di ufuk barat Pantai Nama. Pulau Kisar adalah salah satu pulau terluar di antara gugusan pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Pulau terkuar lain di kawasan itu adalah Pulau Lirang, Pulau Wetar, Pulau Leti, Pulau Moa, Pulau Lakor, Pulau Sermatan, dan Pulau Masela. Gugusan pulau terluar yang oleh masyarakat setempat disebut "Pulau-Pulau Selatan Daya" (Zuid-Westereilanden) ini disahkan pemekarannya dari kabupaten induk MTB oleh DPR pada 24 Juni 2008. Kabupaten baru itu bernama Maluku Barat Daya (MBD). Pengesahan Kabupaten Maluku Barat Daya ini disambut gembira oleh masyarakat Kisar, sembari berharap agar kota Wonreli ditetapkan sebagai ibu kota kabupaten, karena telah memiliki infrastruktur yang memadai. "Kami menyambut baik pengesahan Maluku Barat Daya oleh DPR dan terus memperjuangkan untuk menjadikan Wonreli sebagai ibukota kabupaten MBD," kata Lazarus Sarich, warga Kisar di Jakarta. Lazarus mengatakan dukungannya pada aspirasi masyarakat agar Wonreli sebagai ibukota MBD didasarkan atas fakta bahwa kota tersebut telah memiliki sejumlah infrastruktur, antara lain lapangan terbang, dermaga, dan jalan raya. "Ada yang menghendaki ibukota kabupaten berada di Pulau Moa, tetapi pulau tersebut masih kosong dan sepi, sehingga memerlukan biaya yang sangat besar untuk membangun Moa menjadi ibukota," kata Lazarus. Pulau Kisar dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti Pulau Wetar, Roma dan Leti Moa Lakor (Lemola) sebenarnya memiliki banyak obyek wisata yang memesona. Sayang sentuhan tangan para investor tak kunjung tiba di pulau-pulau itu. Pelabuhan laut. Pantai Nama telah berfungsi sebagai pelabuhan laut di Pulau Kisar sejak jaman Hindia Belanda. Kini tiba saatnya untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata di kabupaten Maluku Barat Daya. Jaraknya hanya sekitar dua kilometer dari kota Wonreli. Pantai Nama bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan bermotor dalam waktu beberapa menit saja. Selain Pantai Nama, banyak tempat wisata di Kisar, tetapi belum ditata dengan baik. Jika telah ditata apik turis dari Australia dan Timor Leste, niscaya berebut ke Pulau Kisar. "Jika ada investor yang mau mengelolanya secara profesional, bukan saja akan menambah pemasukan daerah dan masyarakat di kabupaten baru ini, tetapi juga akan menyerap banyak tenaga kerja," kata ketua tim pembentukan kabupaten Maluku Barat Daya, Oyang Orlando Petrus. Orlando mengakui pantai-pantai yang indah dengan taman laut dan terumbu karang yang menawan itu kurang dipromosikan seperti pantai Kuta di Bali atau taman laut Bunaken di Sulawesi Utara. Tetapi Orlando optimis, jika ada investor yang mau mengembangkan Pantai Nama dan obyek wisata lainnya di daerah itu, hasilnya tidak akan mengecewakan. "Dengan kondisi pasir yang berbunyi bila diinjak ("squeaky sand"), Pantai Nama layak menjadi obyek wisata bahari yang tidak kalah menariknya dengan Pantai Namalatu antau Pantai Natsepa di Pulau Ambon," kata Orlando Petrus. Sedikit ke utara dari Pantai Nama, akan terlihat sederatan pantai pasir putih lainnya seperti Pantai Tutu, Pantai Malara, Pantai Midau, dan Pantai Yenhair yang semuanya berjejer di pesisir barat Pulau Kisar. Namun pantai-pantai tersebut jarang dikunjungi orang, sebab untuk sampai ke sana para pengunjung harus melalui jalan setapak yang melintasi bukit karang, lembah dan tebing yang terjal. Pantai-pantai di Kisar tidak hanya memiliki pasir putih tetapi juga memiliki deburan ombak yang menawan. "Berenang di antara ombak Pantai Nama tentu memberi tantangan dan keasyikan tersendiri. Tak perlu takut digulung ombak, karena pantai ini aman, tidak seperti pantai selatan Pulau Jawa," kata Lazarus Sarich, pemuda setempat. Untuk menikmati panorama Pantai Nama secara menyeluruh, pengunjung dapat melihat dari puncak "piramid" di Tanjung Madalasar di bagian selatan pantai itu. Namun sayang, belum ada sarana dan prasarana penunjang sebagaimana layaknya obyek wisata. Bahkan hamparan pasir putih yang lebar dari tepi laut hingga ke kaki tebing di sepanjang pantai itu sebagian telah ditumbuhi onak dan duri serta tumbuhan liar lainnya. Benteng peninggalan Belanda, Fort Vollenhove, yang seharusnya menambah daya tarik Pantai Nama juga sudah tidak terawat lagi dan hampir rata dengan tanah. "Sunrise" "Bermalam saja di Pantai Jawalan maka keesokan harinya anda akan terpesona melihat bola raksa berwarna kemera-merahan mulai muncul perlahan-lahan di kaki langit di sebelah timur," kata Lazarus. Selain "sunset" yang indah Pantai Nama, Pulau Kisar juga menjanjikan panorama indah saat sang surya mulai muncul di ufuk timur di kaki langit Pantai Jawalan. Pantai Jawalan adalah pelabuhan laut kedua di Pulau Kisar selain Pantai Nama. Di musim barat, yaitu ketika angin bertiup dari barat ke timur antara bulan Desember dan April, Pantai Jawalan tidak berombak sehingga kapal-kapal dapat berlabuh di sana sementara di Pantai Nama sedang berombak. Sebaliknya pada musim timur dari bulan Mei hingga November, kapal-kapal kembali berlabuh di Pantai Nama dan begitu seterusnya dari tahun ke tahun hingga saat ini. (*)

Pewarta: Oleh Otniel Tamindael
Copyright © ANTARA 2008