Kolombo (ANTARA News) - Seorang pegawai Komisi Tinggi Inggris dan seorang wartawan diserang di Srilangka, Senin, dan media segera mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai serangan terakhir dalam rangkaian serangan terhadap wartawan itu. Seorang Srilangka yang bekerja di komisi Inggris itu dan seorang wartawan bidang pertahanan di Lembaga Pers Srilangka diserang oleh sekelompok orang di mobil mereka di Kolombo, ibukota Sri Lanka, kata sejumlah saksi mata. Kedua korban mengalami luka-luka namun petugas rumah sakit menyatakan bahwa nyawa mereka tidak dalam bahaya. Komisaris Tinggi Inggris Peter Hayes mengutuk "tindakan keji itu" dan mendesak pemerintah membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan. "Kami akan bekerja dengan pihak berwenang untuk melakukan segala sesuatu yang bisa kami lakukan, untuk memastikan hal itu terjadi," kata Hayes di rumah sakit swasta tempat korban dirawat. Menteri Urusan Media Srilangka, Anura Priyadharshana Yapa, yang juga mengunjungi rumah sakit tersebut, menjanjikan penyelidikan yang netral. Sumber-sumber kepolisian mengatakan, mereka masih menyelidiki serangan itu. Wartawan dan kelompok media menyatakan, pemerintah tidak berbuat banyak hal untuk menghentikan pelanggaran atas kebebasan media dan serangan terhadap wartawan di Srilangka. Gerakan Media Bebas menyatakan, tujuh wartawan, termasuk seorang kolumnis pertahanan, diserang sejak 1 Mei. Satu wartawan dibunuh pada Mei di distrik Jaffna, Srilangka utara. Pemerintah Presiden Mahinda Rajapakse dituduh melakukan pendekatan yang semakin keras terhadap pengecam kebijakan militernya, baik di dalam maupun luar negeri, setelah perang saudara 25 tahun berkobar lagi dua tahun lalu. Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahnun pada Januari. Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Srilangka itu sejak 1972. Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Srilangka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka. Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Srilangka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008