Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Pemilihan Umum, Hafiz Anshari, di Jakarta, Minggu, menyatakan, pihaknya tidak akan lagi melakukan sosialisasi cara coblos sebagai cara memberikan suara.

"Sudahlah, kita semua cuma kenal satu cara, yakni contreng. Titik," tegasnya dalam pemaparan hasil survei nasional Indo Barometer sekaligus diskusi tentang "Pengetahuan dan Harapan Masyarakat terhadap Pemilu 2009", yang menghadirkan pula Anggota Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu), Bambang Eka, dan Direktur CETRO, N Hadar Gumay serta Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodary selaku tuan rumah.

Karena itu, ia juga mengharapkan dukungan semua Partai Politik (Parpol), terutama melalui para calon anggota legislatif (Caleg)-nya, agar terus melakukan sosialisasi tentang cara contreng tersebut.

Ia mengaku akan sangat repot dan mahal biayanya, jika cara coblos masih diberlakukan sebagaimana pengalaman selama ini, walaupun dirinya juga paham, mayoritas pemilih ternyata masih sangat akrab dengan menyoblos, sebagaimana hasil riset Indo Barometer tersebut.

"Kalau masih coblos, berapa besar harus disiapkan dana untuk beli paku, terus bantalannya. Belum lagi bagaimana dengan distribusinya. Itu bikin repot. Makanya, stop coblos, sekarang waktunya contreng," ujarnya.

Dia optimistis, cara ini sudah semakin diketahui publik, karena proses sosialisasi bersama beberapa instansi terkait seperti Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), juga Departemen Dalam Negeri (Depdagri), sudah kian gencar.

"Waktu kami sosialisasi di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, yakni yang lokasinya di perbatasan RI-PNG, ternyata dari 349 warga, hanya tujuh yang masih pakai cara coblos, 18 lainnya salah memberikan suara. Jadi, yang di ujung perbatasan saja sudah banyak yang paham, apalagi di tempat lain," kata Hafiz Anshari.

Ia juga mengharapkan para elit Parpol dan Caleg, agar dalam poster, baliho atau barang-barang cetakan yang disebar ke publik, dicantumkan juga tanggal pelaksanaan Pemilu.

"Tambahkanlah tanggal 9 April 2009 sebagai hari pelaksanaan Pemilu, agar semua warga pemilih tahu," katanya menimpali masih hampir separuh responden pemilih (hasil riset Indo Barometer) yang belum tahu persis tanggal pelaksanaan Pemilu.

Ia mengaku, proses sosialisasi itu memang sangat penting dalam sisa waktu 88 hari menjelang pelaksanaan Pemilu 2009.

"Dan harus diakui, untuk program sosialisasi mengenai penyelenggaraaan Pemilu, termasuk cara memberikan suara, tanggal pelaksanaan Pemilu dan cara penghitungan suara, biayanya sangat mahal. Dan memang Pemilu kita kali ini mahal, makanya harus sukses dan berlangsung aman, nyaman, tenang serta sejuk. Mohon pers ikut menyejukkan suasananya," kata Hafiz Anshari.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009