Ankara, (ANTARA News) - Suriah dan Israel setuju mengadakan perundingan tak langsung babak keempat di Turki pada akhir Juli, kata satu sumber pemerintah Turki kepada Reuters, Kamis. Kedua negara itu juga setuju mengadakan perundingan babak kelima dan keenam pada Agustus. Mereka akan memutuskan pada pertemuan Juli apakah perundingan Agustus itu akan didakan secara tidak langsung atau langsung, kata sumber itu. Babak ketiga perundingan mulai dilakukan di Istambul pada Selasa dan berakhir pada Kamis. "Perundingan tersebut kosntruktif dan negara-negara itu mulai berbicara mengenai permasalahan utama," kata sumber itu. Kedua pihak merundingkan nasib Dataran Tinggi Golan, sebuah daerah strategis yang direbut Israel dalam perang 1967 dan yang dituntut Suriah agar dikembalikan. "Kedua pihak mengulangi lagi keinginan bersama mereka untuk melanjutkan perundingan mereka dan persetujuan melanjutkan pertemuan secara tetap," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan. "Perundingan itu berlangsung dalam lingkungan yang konstruktif dan positif," katanya. Presiden Israel Shimon Peres bulan lalu secara terang-terangan mendesak Suriah memasuki perundingan langsung, dengan menyebut contoh mantan Presiden Mesir Anwar Sadat yang mencapai sebuah perjanjian perdamaian dengan negara Yahudi tersebut. Namun, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengatakan bahwa perundingan perdamaian langsung dengan Israel tidak mungkin dilakukan sebelum 2009 dan tergantung pada nasib Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, yang didesak mengundurkan diri karena skandal korupsi. Menurut harian Israel Haaretz, utusan-utusan Israel meyakinkan mitra-mitra runding Suriah bahwa krisis politik seputar Olmert tidak akan mempengaruhi perudingan mereka. Kedua negara itu mengumumkan pada Mei bahwa mereka telah memulai lagi perundingan perdamaian tidak langsung di bawah penengahan Turki setelah pembekuan delapan tahun. Perundingan perdamaian menemui kebuntuan pada tahun 2000 terkait dengan masalah Dataran Tinggi Golan, daerah strategis yang direbut Israel dari Suriah dalam perang Arab-Israel 1967 dan dicaploknya pada 1981 dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional. Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem mengklaim bahwa Damaskus telah memperoleh komitmen Israel bagi penarikan penuh dari Golan, namun para pejabat Israel belum memberikan komentar mengenai masalah kontroversial itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008