Denpasar (ANTARA News) - Gurubesar Universitas Gajah Mada Prof Dr Irwan Abdullah menilai, perkawinan campuran antar etnis melahirkan keturunan yang mengalami pengkayaan orientasi lokal dan nasional. Selain itu juga mengubah citra etnis dari masing-masing yang telah bersepakat membentuk rumah tangga, kata Prof Irwan Abdullah yang juga dosen pada Program S-3 Kajian Budaya Universitas Udayana di Denpasar, Sabtu. Ia mencontohkan, anak-anak yang dilahirkan dari pasangan suami-istri asal Bali-Jawa/Sunda menjadi tidak begitu jelas etnisnya dalam "seting" kultural tertentu. Penduduk lokal dalam fase tersebut terkontaminasi dengan prinsip totalitas yang menjadi ideologi nasional. Prof Irwan yang sebelumnya tampil sebagai pembicara pada sarasehan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-30 itu menyebutkan, selain perkawinan antar etnis juga telah terjadi perkawinan campuran antarnegara. Komunikasi merupakan kata kunci, akibat batas-batas ruang bersifat relatif terbentuk sejalan dengan perbaikan transportasi dan teknologi komunikasi. "Pasar dalam hal ini muncul sebagai kekuatan dalam membangun `dunia` kehidupan sehari-hari dengan memindahkan batas dan ikatan tradisional mengikuti pola berpikir pasar," ujar Prof Irwan. Perkampungan yang semula lebih berorientasi pada etnis berubah ke dalam suatu pola organisasi ruang dan identifikasi diri yang berbeda. Pengaturan ruang semacam ini didasari oleh daya beli penduduk, sehingga kekuatan ekonomi menjadi faktor dalam identifikasi diri dan pengelompokan sosial. Dengan demikian jenis keluarga yang dihasilkan berbeda karena kelas sosial telah membentuk karakter sosial, kata Prof Irwan Abdullah.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008