Jerusalem, (ANTARA News) - Israel pada Ahad membuka kembali pintu-pintu penyeberangan perbatasan ke Jalur Gaza setelah menutupnya pada pekan lalu akibat satu serangan roket dari wilayah yang dikuasai Hamas. "Pintu-pintu penyeberangan Sufa, Nahal Oz dan Erez dibuka untuk perlintasan barang-barang, termasuk semen dan bahan bakar minyak, di samping barang-barang kebutuhan sehari-hari," kata jurubicara militer Israel Peter Lerner kepada AFP. Dia menambahkan bahwa pintu perlintasan Erez juga akan dibuka untuk kasus-kasus medis yang memerlukan perawatan segera di Israel. Israel membuat keputusan-keputusan membuka kembali pintu-pintu penyeberangannya itu karena sudah tidak ada lagi serangan-serangan roket atau mortir yang diluncurkan ke wilayah Israel selatan sejak serangan yang terjadi Kamis, yang melanggar gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Juni, kata Lerner. Beberapa roket dan mortir telah ditembakkan di Israel dari Gaza sejak gencatan senjata antara Israel dan penguasa wilayah Hamas dimulai. Gencatan senjata tersebut diharapkan mengurangi blokade yang dilakukan Israel terhadap wilayah itu sekitar setahun lalu, ketika gerakan Islam mengambil-alih kekuasaan di Gaza, namun beberapa pintu penyeberangan tersebut ditutup beberapa kali. Hamas Jum`at mengatakan bahwa pihaknya menghentikan perundingan-perundingan mengenai pembebasan seorang tentara Israel yang ditangkap dalam serangan lintas perbatasan Juni 2006, karena penutupan pintu-pintu penyeberangan itu, yang dikatakan merupakan pelanggaran terhadap gencatan senjata yang diprakarsai Mesir. Suratkabar Israel Maariv Ahad mengutip para pejabat bidang keamanan mengatakan, mereka berharap untuk membuka kembali pintu-pintu penyeberangan itu untuk mendorong Hamas memperbarui kembali perundingan-perundingan yang bertujuan pertukaran tawanan prajurit Gilad Shalid, yang tertanggap pada serangan lintas batas yang menelan banyak korban itu. Gerakan Islam meminta dibebaskannya 1.000 tahanan Palestina yang dijebloskan di penjara oleh Israel untuk ditukar dengan Shalit, termasuk sekitar 450 orang yang telah menjalani hukuman cukup lama. Daftar usulan pembebasan tawanan diduga termasuk beberapa pejuang Palestina yang dituduh melakukan serangan mematikan terhadap warga Israel. Sementara itu Hamas menjelaskan bahwa para pejuangnya menghormati gencatan senjata dan bersumpah akan menahan siapapun yang melanggarnya. Daerah di dan sekitar Gaza telah jauh lebih tenang daripada sebelum gencatan senjata diberlakukan, ketika bentrokan sering terjadi antara pasukan Israel dan kelompok militan Palestina, serta hampir setiap hari terjadi serangan-serangan roket dan mortir ke wilayah Israel.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008