Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana meminta agar penanganan aparat terhadap mahasiswa peserta unjuk rasa dapat terukur.

"Tentu tadi presiden sudah menyampaikan bahwa dalam penanganan aksi harus menggunakan cara yang tidak represif tapi juga terukur. Itu prinsip dasar yang jadi pegangan, tentu jadi wilayah Kapolri untuk melanjuti arahan Presiden," kata Ari Dwipayana di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Kamis.

Kericuhan saat demonstrasi mahasiswa di Jakarta terjadi pada Selasa (24/9) terjadi saat mahasiswa berusaha masuk ke dalam Gedung DPR namun polisi mulai menembakkan air dari mobil "water cannon" ke arah mahasiswa untuk menghalau mereka. Kericuhan pun pecah. Mahasiswa melawan. Mereka melempar polisi dengan botol, bambu, dan bebatuan.

Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa. Kerumunan mahasiswa mulau terpencar. Mereka melarikan diri ke sejumlah titik seperti Stasiun Palmerah, lampu merah Slipi, Semanggi, hingga Jakarta Convention Center.

Sejauh ini kepolisian telah menangkap 94 orang dalam demonstrasi di sekitar Gedung DPR/MPR pada Selasa (24/09).

"Itu nanti dari Kapolri yang akan menyampaikan," tambah Ari saat ditanya mengenai evaluasi penanganan aksi terhadap mahasiswa.

Baca juga: Polda Metro Jaya pulangkan 56 mahasiwa yang diamankan dalam bentrokan

Baca juga: Keluarga Faisal minta pelaku minta maaf

Baca juga: Polisi sebut gas air mata kedaluwarsa tak berbahaya


Terkait sejumlah akun media sosial yang dinilai menambah ricuh situasi, Ari menilai bahwa hal tersebut masuk dalam ruang publik.

"Saya tidak ada pendapat soal itu karena itu ranah publik, bukan ranah kami, kan ruang publik," ungkap Ari.

Presiden, menurut Ari, sudah punya akun media sosial sendiri.

"Akun resmi presiden kan sudah jelas yang disebut akun resmi presiden sudah ada. Jangan sampai menimbulkan 'missleading'," tambah Ari.

Terbaru, akibat aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa di kantor DPRD Sulawesi Tenggara, salah satu mahasiswa yang menjadi peserta massa aksi meninggal dunia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, mahasiswa tersebut bernama Randi (21), berjenis kelamin laki-laki, mahasiwa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo, asal Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.

Mahasiswa tersebut dibawah ke Rumah Sakit TNI AD dr. Ismoyo pada pukul 16.18 Wita, dan setelah menjalani perawatan kurang lebih 5 menit, mahasiswa tersebut meninggal dunia.

Selain Randi, tiga mahasiswa lainnya yang belum diketahui identitasnya juga ikut mendapat kekerasan hingga luka parah.

Satu kondisi sekarat dan dirujuk ke Rumah Sakit Bahteramas. Sementara dua orang lainnya masih di rawat di rumah sakit Korem.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019