Pontianak (ANTARA News) - Investor asal Korea Selatan, PT SMPOT, menawarkan investasi di bidang teknologi sludge CPO atau mengolah limbah CPO (crude palm oil) menjadi energi biodiesel, kata Dekan Fakultas MIPA Univerasitas Tanjungpura Pontianak, Dr Thamrin Usman DEA. "Mereka sangat berminat untuk berinvestasi guna mengembangkan CPO menjadi energi biodiesel di Kalimantan Barat," kata Thamrin Usman DEA, seusai menerima Persentasi dari PT. SMPOT tentang Pengembangan Teknologi Sludge CPO, di Pontianak, Selasa. Ia mengatakan, pihak investor menawarkan dua model kerjasama yaitu investasi murni dari Korea Selatan, dengan konsekwensi harga CPO yang akan dibeli dari petani agak rendah atau investasi dengan cara kolaborasi segi tiga (pemerintah setempat, swasta, dan Korea Selatan). "Mereka lebih tertarik berinvestasi dengan cara kolaborasi segi tiga tersebut agar saling menguntungkan dengan pembagian keuntungan, yaitu pemerintah setempat 30 persen, Korea Selatan 30 persen, dan pihak swasta 40 persen," kata Thamrin Usman. Presiden PT SMPOT dari Korea Selatan, Dr. JW. Yoo mengatakan, investasi teknologi pengolahan limbah CPO ataupun CPO murni ini untuk yang pertama kalinya di Kalbar dan Indonesia pada umumnya. "Kita sangat tertarik untuk berkolaborasi dengan pihak pemerintah Kalbar dan pihak swasta dalam pengembangan energi biodiesel dari CPO, karena Kalbar sangat strategis untuk pengembangan sawit kedepan," katanya. Ia mengatakan, nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengolah limbah CPO menjadi energi biodiesel, dengan kapasitas produksi sekitar 20 juta ton per tahun sekitar Rp70 miliar. JW Yoo berharap, investasi teknologi pengelohan limbah sawit menjadi energi biodiesel bisa secepatnya ditanamkan di Kalbar, asal mendapat dukungan dari berbagai pihak. "Kalau memang memungkinkan sekitar 10 bulan kedepan pengolahan limbah CPO menjadi energi biodiesel sudah bisa berjalan," ujarnya. Sementara itu, Ketua II Gabungan Pengusaha Perkebunan Indoensia (GPPI) Kalbar, Ilham Sanusi menyambut baik rencana investor tersebut untuk berinvestasi di Kalbar. "Kita justru sangat mendukung masuknya investor untuk menanamkan modalnya di Kalbar, sementara ini kita terlebih dahulu mempelajari niat baik mereka," katanya. Hingga akhir 2007, pemerintah kabupaten/kota di Kalbar telah menerbitkan info lahan seluas 4,6 juta hektare lahan untuk perkebunan sawit. Angka ini naik cukup tinggi dibanding awal 2007 yakni 4,1 juta hektare. Meski info lahan yang diterbitkan amat luas, namun realisasi penanaman sawit di Kalbar hanya sekitar 400 ribu hektare dengan produksi CPO sekitar satu juta ton per tahun. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008