Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis mata dari Klinik Mata Nusantara Dr Rini Hersetyati SpM mengatakan gas air mata yang biasa digunakan untuk aksi demonstrasi hanya memiliki dampak jangka pendek.

"Hanya untuk jangka pendek, karena tujuannya hanya untuk membubarkan demonstran saja," ujar Rini di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan gas air mata terdiri dari berbagai senyawa seperti chlorobenzylidenemalononitrile, chloroacetophenone, bromoacetone, phenacyl bromide, dan lainnya. Zat-zat itu membuat mata terasa terasa pedih.

Baca juga: 38 mahasiswa Aceh Barat dilarikan ke rumah sakit akibat gas air mata

"Efeknya pada selaput bening mata, yang warna putih itu. Berair dan panas," kata dia lagi.

Gas air mata tersebut baru memberikan efek saat terhirup. Meski demikian, efek gas air mata itu tidak lama. Untuk membantu menghilangkan efeknya, Rini menyarankan untuk mencuci mata dengan ari bersih.

"Dicuci saja matanya, kalau terkena gas air mata," ucap Rini.

Meski demikian, Rini meminta para pengunjuk rasa yang terkena gas air mata terus-menerus karena bisa menyebabkan iritasi pada mata.

Sebelumnya, pada aksi demonstrasi mahasiswa yang berlangsung pada Selasa (24/9), polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Begitu juga saat aksi yang dilakukan siswa SMK yang mana polisi juga menggunakan gas air mata.

Baca juga: Polisi sebut gas air mata kedaluwarsa tak berbahaya

Baca juga: Sisa gas air mata masih terasa di Pejompongan

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019