Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) berkeinginan, agar harga jual elpiji 12 kilogram (kg) bisa dinaikkan sesuai harga pasar atau harga keekonomian. Deputi Direktur Pemasaran Pertamina, Hanung Budya, usai rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa Pertamina masih mengalami kerugian cukup besar dalam bisnis elpiji. "Sampai akhir tahun ini, kerugian Pertamina dalam bisnis elpiji mencapai Rp7 triliun," katanya. Menurut dia, kalau harga sudah sesuai pasar, maka terbuka kompetisi bagi perusahaan lain ikut berbisnis elpiji 12 kg. "Selama ini, Pertamina dituduh sengaja tidak mau menaikkan harga elpiji 12 kg, supaya bisa memonopoli. Padahal, tidak seperti itu," katanya. Kalau banyak pemain elpiji yang masuk, lanjutnya, pelayanan akan menjadi semakin baik, karena prasarananya juga semakin berkembang. Hanung menambahkan, sekarang ini pasar elpiji sudah tidak diregulasi lagi, artinya pemain lain sudah boleh masuk. Namun, ia mengemukakan, karena harganya belum mencapai harga keekonomian, maka tidak ada perusahaan yang masuk. Kenaikan harga elpiji 12 kg ke harga pasar, menurut dia, tidak memerlukan payung hukum, karena merupakan komoditas komersial, sehingga tidak perlu diatur. "Sejak dulu, elpiji 12 kg memang kewenangan korporasi. Kami sudah memasarkan lebih dari 30 tahun," katanya. Hanung juga mengatakan, sejak kenaikan harga elpiji 12 kg, belum ada peralihan konsumen 12 kg ke 3 kg. Ia menduga, konsumen 12 kg merasa tidak praktis, karena mesti membeli tabung 3 kg dan habis dalam satu minggu. Penyebab lain, konsumen 12 kg menyadari masih mendapatkan subsidi. "Kami imbau kepada masyarakat mampu, jangan ambil elpiji bersubsidi," katanya. Pertamina terhitung mulai 1 Juli 2008 menaikkan harga elpiji 12 kg dari Rp51.000 menjadi Rp63.000 per tabung atau dari Rp4.250 menjadi Rp5.250 per kg. Sementara itu, harga tabung 3 kg tetap Rp4.250 per kg. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008