New York, (ANTARA News) - Konsulat Jenderal RI di San Fransisco mulai menyiapkan proses pemulangan jenazah Pungkas Tri Baruno (20) kendati tim penyelamat dari pengelola kompleks Gunung McKinley, Alaska, belum berhasil mengevakuasi jenazah mahasiswa Universitas Mercu Buana-Jakarta. Jenazah berada pada ketinggian 17.200 kaki --sekitar 5.242 meter-- Gunung McKinley. Konsul Jenderal RI di San Fransisco, Yudhistiranto Sungadi, Kamis, mengatakan bahwa sejumlah anggota stafnya --termasuk kepala bidang konsuler KJRI-- telah berada di kota Anchorage, Alaska, untuk mempersiapkan proses pemulangan jenazah Pungkas. Sejumlah proses yang akan dilalui terhadap jenazah almarhum yang merupakan tim Pramuka dalam pendakian ini mencakup antara lain pemeriksaan medis oleh tim dokter setempat, kemungkinan dilakukannya otopsi, serta pengurusan rumah duka di Anchorage --termasuk pembersihan dan penyelenggaraan sholat jenazah. Peti jenazah dan pengurusan penerbangan menuju Jakarta juga telah mulai disiapkan. "Nanti siang (Kamis, red), kami mulai mengurusi masalah penerbangan. Tapi tentu kita belum tahu kapan kemungkinan akan diterbangkan," kata Yudhistiranto kepada ANTARA. Yudhistiranto mengungkapkan, hingga Kamis jenazah Pungkas belum berhasil dievakuasi dari lokasi kejadian. "Masih di `camp` di atas. Belum bisa dievakuasi. Tapi jenazah tetap ada yang menunggui dari pihak pemandu. Evakuasi mengalami kesulitan tingkat tinggi. Ini karena lokasi yang tinggi dan curam," ujarnya. Menurut skenario yang digambarkan Yudhistiranto, jenazah Pungkas --jika berhasil dievakuasi-- akan dibawa ke `base camp` di Talkeetna yang terletak di kompleks taman nasional Denali di Alaska, yaitu tempat Gunung McKinley berlokasi. Di `base camp` itu sendiri sudah siaga tim dokter yang akan melakukan pemeriksaan medis dan kemungkinan otopsi terhadap jenazah. Jika otopsi diperlukan, jenazah akan dibawa ke salah satu rumah sakit di Anchorage. Namun jika otopsi tidak diperlukan, jenazah Pungkas akan dibawa ke rumah duka di Anchorage guna dilakukan pembersihan serta persiapan untuk diterbangkan ke Jakarta. "Yang tersulit adalah proses evakuasi. Mudah-mudahan hari ini cuaca di sana (Gunung McKinley, red) bagus. Doakan saja agar proses di sana juga lancar," kata Yudhistiranto. Menurut informasi yang dikumpulkan ANTARA, lokasi jenazah Pungkas merupakan wilayah yang cukup curam sehingga helikopter yang berusaha mengangkut jenazah mengalami kesulitan untuk mendekati lokasi. Dengan cuaca yang kerap diselimuti kabut, tidak ada jaminan kapan jenazah bisa diangkut dengan helikopter dari lokasi tersebut. Pungkas Tri Baruno bersama beberapa rekannya pada 22 Juni lalu mulai mendaki McKinley, gunung tertinggi di Amerika Utara. Pada Senin (7/7) Pungkas berhasil mencapai puncak McKinley di ketinggian 17.200 kaki. Namun setelah berjalan sekitar 15 kemudian, Pungkas tidak sadarkan diri dan kemudian diketahui telah menghembuskan napas terakhir. Pungkas adalah pendaki keempat yang meninggal dalam sesi pendakian ke McKinley tahun ini. Tiga hari sebelumnya, yaitu tanggal 4 Juli 2008, seorang pendaki warga AS James Nasti (51) mengalami insiden serupa. Pendaki asal Naperville, Illinois, tersebut meninggal dunia juga pada saat mencapai puncak McKinley. Dengan meninggalnya Pungkas, sudah 102 pendaki yang tewas pada pendakian ke puncak Gunung McKinley sejak tahun 1932.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008