Ismailiya, Mesir (ANTARA News) - Polisi Mesir menembak mati seorang pria suku Badui, Sabtu, di perbatasan Israel karena ia berupaya membantu migran asal Afrika masuk ke negara Yahudi itu. Aparat Mesir secara terpisah juga menangkap 30 imigran dalam penggerebekan sebuah rumah, sumber keamanan mengatakan. Sumber itu mengatakan polisi menembak pria warga negara Mesir bernama Ahmed Salim Oweid, karena ia menolak perintah untuk berhenti. Ia tertembak dua kali dan meninggal karena lukanya. Sekelompok imigran Afrika yang bersamanya melarikan diri dan dikejar polisi. Kekerasan di perbatasan meningkat dalam beberapa bulan belakangan ini seiring Mesir yang menindak keras imigran Afrika. Enambelas imigran tewas di perbatasan tahun ini dan sebanyak 1.000 pencari suaka Eritrea telah dipulangkan sejak 11 Juni meskipun ada protes. Secara terpisah, polisi menangkap 30 imigran Afrika dalam penggerebekan di sebuah rumah dekat terusan Suez, tempat mereka menunggu untuk melintas ke Sinai dalam perjalanan mereka ke perbatasan, kata sumber keamanan. "Informasi rahasia mencapai aparat keamanan di provinsi Ismailiya bahwa 30 imigran dari Sudan, Eritrea, Ghana dan Ethiopia, termasuk sejumlah wanita dan anak, bersembunyi di sebuah rumah," salah satu sumber mengatakan. Awal pekan ini, sejumlah pria bersenjata telah menembak mati seorang pejabat polisi Mesir yang berusaha untuk menghentikan mereka untuk membantu migran Afrika melintasi perbatasan. Pada Juni saja, polisi membunuh tiga pria Afrika dan anak perempuan Sudan berusia tujuh tahun di perbatasan yang sensitif itu. Amnesti Internasional mengatakan ribuan imigran telah berupaya untuk melintas ke negara Yahudi dari Mesir tiap tahun, dengan jumlah meningkat sejak 2007. Para imigran itu mencari pekerjaan atau suaka jauh dari konflik di rumah dan kondisi kehidupan yang keras di Mesir, tempat aktivis mengatakan migran Afrika telah menghadapi marginalisasi ekonomi dan rasisme.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008