Oleh John Nikita S. Jakarta (ANTARA News) - Dulu, banyak orang menyebutnya tempat jin buang anak. Bintaro-Tangerang memang sunyi sepi. Konon, setiap malam tiba, saat melintasi daerah itu bulu kuduk siapapun pasti berdiri. Sekarang, keadaannya telah jauh berbeda. Lintasan Bintaro-Tangerang berubah menjadi permukiman elite. Cuma orang berduit yang bisa beli rumah di situ. Letaknya yang berdampingan dengan komplek perumahan dan pertokoan Pondok Indah pun menaikkan gengsinya. Akhir 1980-an, semasa pembangunan daerah hunian itu baru mencapai 3 hingga 5 sektor, harga rumah tipe 36 tidak kurang dari Rp52 juta. Tunai! Kini, seiring pembangunan jalan bebas hambatan lingkar luar Jakarta, Tol TB Simatupang, Bintaro pun kian mentereng. Ditambah krisis moneter 1997, harga rumah di sana melonjak tajam, di atas 10 kali lipat. Sektor permukimannya pun semakin banyak, umumnya dilengkapi tempat belanja, sarana olah raga dan sebagainya. Satu di antara belasan wilayah permukiman Bintaro di sebut Sektor IX. Di tempat itulah bercokol lima anak muda pengidap musical ill kronis, yang tepat setahun lalu sepakat membuat band. Mereka adalah Iman, vokalis dan pemimpin band, Irvan Askobar (gitar), Ario (gitar), Ewok (bas), Arya (piano/kibor). Iman kecil pernah rekaman. Dari situ kedua orang tuanya, Edi Machmud dan Hj Wina E.M. mulai paham potensi khusus putra mereka itu, dan terus memberi sokongan hingga ia membentuk sebuah band. "Prinsipnya, kami mendukung saja, selama yang dilakukannya baik," kata Edi. Kelahiran Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan, 9 Juli 1987, Firman Edriansyah Machmud alias Iman mengakui bahwa dirinya semula adalah penikmat musik. Sejak kecil, ia banyak dicekoki musik klasik rock dan melayu, yang sering diputar ayah dan ibunya di rumah. Mahasiswa Swiss-German University di kawasan Serpong, Provinsi Banten, itu sebenarnya punya hobi di bidang otomotif. Selain modifikator, ia juga pembalap resmi, bahkan pernah menyabet gelar Juara I Drag Race 17 Detik seri kelima pada 2007. Meski demikian, ia tak kuasa meredam jerit musikal di lubuk hatinya. Desakan suara hati yang begitu kuat membuat ia memutuskan untuk juga mendalami dan mengembangkan bakat menyanyi. Terispirasi Daughtry, Goo Goo Dolls dan Kaka SLANK, sejak SMU Iman sering tampil dalam format duet di berbagai pensi (pentas seni). Belakangan, ia memutuskan membentuk sebuah band yang kemudian diberi nama "Sectornine" alias Sektor Sembilan (IX), yang notabene alamat rumah kumpul mereka. Pengamat musik Bens Leo mengatakan bahwa di Bumi Pertiwi ini menyimpan potensi musik yang besar. Berdasarkan pengalamannya keliling daerah sebagai juri festival atau kompetisi dan profesi pencari bakat (talent scout) yang digelutinya sejak lama, maka jumlah band di Nusantara bisa mencapai angka 1.000 lebih.. "Dalam beberapa tahun terakhir ini, setiap minggu bisa ada 5 hingga 10 band yang meluncurkan album," kata mantan wartawan majalah Aktuil pada 1970-an tersebut. Bens Leo boleh jadi benar. Rabu pekan lalu (9/7) ada tiga band yang meluncurkan album debut. Selain "Sectornine", dua band lainnya adalah "Magneto" (Jawara A Mild Live Wanted 2008 yang dikontrak Musica Studio) dan Inasia (band ke-21 garapan Shelmer Records). Ketiganya terjun di pasar pop. Seperti kata Jan Djuhana, senior manajer Sony-BMG, pasar musik yang digemari telinga orang Melayu itu mendominasi 70 persen porsi bisnis rekaman. Meski demikian, mereka langsung menghadapi persaingan sangat ketat, dan mereka yang bisa membuat lagu bagus dengan musik mudah dicerna (easy listening)-lah yang bisa diterima. Menurut Pak Yusak, bos Warner Music Indonesia yang sukses mengawal "Kangen Band", pasar musik pop sulit ditebak. "Lagu bagus belum tentu laku dijual, dan lagu biasa dengan musik tiga jurus belum tentu tidak diminati pasar," katanya saat meluncurkan album debut band "Re On" asal Surabaya, belum lama ini. Oleh karena itu, "Sectornine" punya kunci khusus untuk masuk dan berharap dapat diterima oleh tuan rumah pasar musik pop yang tidak menentu dan serba untung-untungan. "Kami selalu ingin mencari yang fresh (segar)," kata Iman. Ia berprinsip, rajin mendengarkan berbagai jenis musik adalah hal wajib, untuk kemudian mencari kemasan baru sebagai senjata. Lebih dari itu, "Sectornine" juga dibentuknya dengan menggandeng sejumlah teman musisi yang pernah bergabung dengan band lain. Rahmat Irfansyah alias Irvan Askobar, misalnya, adalah mantan gitaris "Gamma Band" yang bermain pada genre pop progresif. Sebelumnya, pria kelahiran Kotabaru, Kalimantan, itu pun punya prestasi sebagai gitaris terbaik se-Kalimantan Selatan, gitaris "Embrio", dan pemain tambahan (additional player) dalam band Ari Lasso, juga sebagai gitaris. Tendra Angga Sidharta, yang lebih suka disapa dengan nama kecil Ewok, adalah pemain bas jebolan Sekolah Musik Purwacaraka. Rekan satu kampus Iman tersebut mengeksplorasi gaya permainan Thomas GIGI Ramadhan dan Flea RHCP. Muhammad Ario Bismantoro Suhodo alias Ario adalah karyawan perusahaan yang bergerak di bidang Internet. Namun, kecintaan pada musik membawanya bergabung dengan "Sectornine". Mantan gitaris "Sisduki" itu membawa warna jazz ke dalam musik Sectornine lewat petikan gitarnya, yang sangat terpengaruh permainan Ule, Ireng Maulana dan Joe Past. Sementara itu, Arya (-Hermandika) sudah terbiasa main di berbagai kafe bersama band "Demata". Pengagum Elton John tersebut lulusan sekolah Yamaha Musik, dan kini aktif sebagai pengajar piano. Untuk sementara waktu, "Sectornine" belum mendapatkan pemain drum, dan karenanya mereka menggunakan "pemain cabutan" (additional player) untuk rekaman maupun konser. "Dari potensi kami yang beragam, kami selalu mencoba untuk memberikan hal-hal yang baru," kata Irvan, yang mengakui band barunya ini lebih halus dibandingkan "Gamma". "Masih ada kesamaan sih, tetapi musik 'Gamma' lebih menghentak-hentak," katanya. Kemampuan masing-masing personil "Sectornine" masih ditambah dengan kehadiran musisi, aranjer, komposer dan pencipta lagu kenamaan era 1980-an, Odie Agam, sebagai penasehat. Pencipta tembang-tembang hits, semacam "Antara Anyer dan Jakarta" yang dipopulerkan penyanyi Malaysia, Sheila Madjid, itu masih bersaudara dengan Wina. "Odie dengan saya kan bersaudara," kata ibunda Iman tersebut. Di mata Odie, band "Sectornine" sudah punya kemampuan dalam memainkan instrumen musik maupun menciptakan lagu. Satu hal yang ia harapkan, Iman dan kawan-kawan harus mampu bijaksana menghadapi publik, yang dikatakannya sebagai: "Susah-susah gampang menghadapinya." Ia pun menimpali, "Semoga mereka bijaksana. Itu saja." Album debut "Sectortnine" diberi judul "Tak Akan Berakhir", yang juga merupakan jjudul lagu bertema cinta segitiga yang diandalkan meraih hits. Seluruh album itu berisi 11 lagu, dan band pendatang baru tersebut mengusung tema cinta yang mereka nilai masih menjadi primadona di pasar musk pop Tanah Air. Lagu lain yang juga diandalkan bisa menarik perhatian pasar, diantaranya "Apa Adil Untukmu", "Suara Hati" dan "Demi Kau". Menurut Edi Machmud, penggarapan album sepenuhnya didukung oleh Winaswara Music Company yang dibangun isterinya. "Kami bukan pemain lama atau peman baru. Kami adalah pemain besok. Dengan memperhtikan apa yang sudah dan masih berlangsung di dunia musik saat ini, kami berharap bisa memberikan yang terbaru bagi masyarakat penikmat musik di Tanah Air, bila perlu di dunia internasional," katanya. Bintaro-Tangerang yang sunyi sepi memang sudah berubah mentereng. Apakah kelak Iman dan kawan-kawan bisa meningkatkan gengsi dari kawasan itu? "'Sectornine' memang terinspirasi sebutan Sektor IX Bintaro di mana band kami bermarkas. Saat ini kami cuma berharap musik kami dapat diterima dulu. Itu saja sudah syukur, Alhamdulilah," demikian Iman. (*)

Oleh
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008