Jakarta (ANTARA News) - Konferensi tingkat menteri Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP) untuk pembangunan kemampuan Palestina di Jakarta pada Selasa menyarankan pranata tindak lanjut untuk memastikan langkah efektif NAASP. "Konferensi itu menyetujui akan kebutuhan mendesak untuk mewujudkan saran dan tekad, yang telah dihasilkan secara terpadu, saling berhubungan dan terkait, sehingga ditetapkan Mekanisme Tindak Lanjut untuk perencanaan, penerapan, pemantauan dan penilaian program pembangunan kemampuan," kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dalam penutupan NAASP. Menurut menteri luar negeri Indonesia itu, yang didampingi Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad dan Menteri Pembangunan Sosial Republik Afrika Selatan Zola Skweyiy, konferensi itu berhasil mendorong negara pesertanya memberikan dukungan nyata bagi Palestina. Negara peserta konferensi itu bertekad membantu Palestina dengan program pembangunan kemampuan, terutama di bidang pembangunan ekonomi, kepemerintahan dan prasarana. Program tersebut sejalan dengan reformasi dan rencana pembangunan Palestina, yang menempatkan visi tentang cara membangun negara Palestina merdeka. "Indonesia memberikan kesepakatannya untuk membangun kemampuan 1.000 orang Palestina dalam waktu lima tahun mendatang melalui program pelatihan dengan melibatkan swasta," katanya. Sementara itu, beberapa negara menyampaikan keinginan mengusulkan program atau proyek setelah melakukan konsultasi internal. Konferensi NAASP diharapkan memainkan peran membangun sebagai perangkat proses perdamaian, terutama melalui pemberdayaan berbagai unsur bangsa Palestina, sebagai bentuk persiapan bagi pembentukan negara Palestina dalam waktu tidak lama lagi. Selama dua hari, 14-15 Juli 2008, perutusan dari 56 negara Asia-Afrika, termasuk tiga negara Amerika Latin, yaitu Brasil, Venezuela, dan Cile, serta tiga perhimpunan antarbangsa sebagai pengamat, mendaftar proyek pembangunan kemampuan, yang praktis dan dapat dilaksanakan, guna menyiapkan masyarakat Palestina saat kemerdekaan Palestina terwujud. Pada kesempatan sebelumnya, Jurubicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan konferensi tersebut berbeda dengan konferensi donor di Paris beberapa bulan lalu, karena KAA untuk Palestina kali ini lebih menekankan pada pembangunan kemampuan. "Negara Asia-Afrika memiliki pengalaman dalam pembangunan. Upaya kami tentu dapat melengkapi upaya dunia dalam membantu Palestina," katanya. Sementara itu, Direktur Kerjasama Intra-Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika Departemen Luar Negeri Ibnu Hadi mengatakan negara Asia-Afrika, yang sebagian besar adalah negara berkembang, bertekad memberikan bantuan teknis kepada Palestina. Ketika ditanya lebih lanjut apakah pemerintah Indonesia berencana mengundang Hamas dalam konferensi tersebut, Ibnu Hadi mengatakan undangan ditujukan kepada pemerintah Palestina, tidak secara khusus kepada pihak tertentu di Palestina. Selain negara Asia-Afrika, menurut Ibnu Hadi, diundang juga sejumlah negara berkembang dari kawasan Amerika Latin, antara lain Kuba, Brasil, dan Venezuela. "Tujuan akhirnya adalah memberikan penegasan kesiapan Palestina," katanya. Sebelumnya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam lawatannya ke Indonesia pada akhir 2007 menyatakan menyambut rencana Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Sementara itu, pada akhir 2007 dan awal 2008, dua konferensi lain mengenai Palestina diselenggarakan, yaitu Konferensi Annapolis di Amerika Serikat, yang berusaha mendudukkan Israel dan Palestina dalam satu meja perundingan, dan Konferensi negara donor (Uni Eropa) untuk dukungan atau bantuan ekonomi bagi Palestina di Paris.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008