Jakarta, (ANTARA News) - Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) makin mengalami tekanan ekologis akibat desakan kebutuhan ekonomi dan kebakaran yang menyebabkan alih fungsi 2.000 ha lahan hutan menjadi lahan pertanian. "Akibatnya terjadi kerusakan hutan dalam kurun waktu lima tahun yang diukur sejak 1999 hingga 2003 dan berkurangnya 430 titik sumber mata air menjadi 156 titik," kata kata Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Dr Dedy Darnaedi di Jakarta, Rabu. Kondisi memprihatinkan di kawasan ini mengancam pasokan air bagi masyarakat di Majalengka, Kuningan, Indramayu dan Cirebon, katanya. Sementara itu, Koordinator Sub Kegiatan Zonasi Ciremai Maharadatunkamsi mengatakan, TNGC merupakan kawasan penting bagi kehidupan satwa. Berdasarkan penelitian Puslit Biologi sedikitnya di kawasan ini terdapat 37 jenis mamalia, 107 jenis burung, 43 jenis amfibi reptilia, 48 jenis moluska, 128 jenis tumbuhan pohon, bahkan satwa jenis langka dilindungi dan endemik Jawa, ujarnya. Karena itu, LIPI bekerjasama dengan Badan Koordinasi (Wilayah 3) Cirebon akan mencari pengelolaan kawasan Gunung Ciremai secara terpadu melalui semiloka yang diadakan di Kuningan, Jabar pada 23 Juli dilengkapi oleh Pameran Keanekaragaman Hayati Gunung Ciremai. "Hasil tumpang susun peta tata ruang, jenis tanah dan kemiringan lereng Gunung Ciremai menunjukkan adanya kawasan yang perlu direvisi," katanya. Menurut dia, agar fungsi perlindungan sumber daya hayati dan ekosistem yang ada dapat tercapai, perlu upaya pemanfaatan kawasan Gunung Ciremai secara lestari. "Potensi sumber daya alam TNGC yang luar biasa besar akan menjadi sia-sia jika tidak dioptimalkan pemanfaatannya dalam koridor konservasi alam," katanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008