Naqura, Lebanon (ANTARA News) - Kelompok Hizbullah Lebanon menyerahkan dua peti mati hitam yang berisikan tulang belulang dua tentara Israel yang ditangkap para pejuang Syiah itu dua tahun lalu, pada awal pertukaran tahanan dengan Israel, Rabu. "Hari ini kami menyerahkan Ehud Goldwasser dan Eidad Regev," kata pejabat Hizbullah Wafiq Safa di lokasi penyeberangan perbatasan antara Lebanon dan Israel. "Kendatipun perang yang menghadapi kami dan kendatipun tekanan internasional untuk mengungkapkan nasib dua tentara Israel itu, tidak seorang pun tahu nasib mereka sampai saat ini." Suasana di Israel muram saat menunggu untuk mengetahui nasib Goldwasser dan Regev, yang ditangkap dalam serangan lintas perbatasan oleh para pejuang Hizbullah Juli 2006 yang memicu perang 34 hari di Lebanon. Tulang belulang itu diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan tes-tes DNA dilakukan untuk menegaskan identitas-identitas sebelum penyerahan para pejuang Lebanon dalam tahap pertukaran berikutnya. Keluarga Goldwasser menangis dan menjerit putus asa ketika melihat gambar-gambar televisi sewaktu pihak Hizbullah menyerahkan dua keranda itu. Tetapi di Lebanon0, spanduk-spanduk terbentang dan bendera-bendera dikibarkan di sepanjang jalan utama pinggir pantai dari Naqura ke kota pelabuhan Sidon di selatan dan kabinet mengumumkan Rabu sebagai hari libur nasional. "Lebanon menangis karena gembira," tulis sebuah spanduk di perbatasan itu. "Israel menangis karena sedih." Di antara yang ditukarkan itu adalah Samir Kantar, seorang dari suku Druze yang dijatahui hukuman penjara seumur hidup karena melakukan tiga pembunuhan yang mengejutkan Israel dan merupakan tahanan Arab paling lama ditahan di Israel. Empat pejuang Hizbullah yang ditangkap dalam perang Juli-Agustus 2006 yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Lebanon dan 160 orang di Israel -- Khaled Zidan, Maher Kurani, Mohammed Sarur dan Hussein Suleiman juga dibebaskan. Banyak pertanyaan timbul di Israel apakah negara itu membayar begitu mahal harga pemulangan tentara-tentara mereka, dan mengatakan pertukaran tahanan itu berisiko mendukung musuh bebuyutannya di kawasan itu. Sebagai imbalan bagi penyerahan tulang belulang dua tentara itu, Israel akan menyerahkan kepada Lebanon tulang belulang 199 pejuang Palestina dan Hizbullah yang digali pekan lalu. Pertukaran para tahanan yang ditengahi PBB itu , yang mendapat persetujuan akhir kabinet Israel, Selasa, adalah yang kedelapan antara Israel dan Gerakan Hisbullah sejak tahun 1991. Suratkabar Jerusalem Post menyebut suasana pesta di Lebanon , di mana orang-orang yang dibebaskan akan diterbangkan ke Beirut untuk diterima Presiden Michel Sleiman dan PM Fuad Siniora sebagai satu "perayaan kejahatan." Komite Palang Merah Internasional -- menggunakan truk-truk yang didatangkan dari Jordania-- mengatur pertukaran itu , setelah satu perjanjian yang ditandatangani oleh penengah Jerman yang ditunjuk PBB setelah berbulan-bulan perundingan-perundingan alot. Sampai Rabu, Hizbullah yang didukung Teheran dan Damaskus tidak pernah mengungkapkan nasib Goldwasser dan Regev, walaupun PM Israel Ehud Olmert mengatakan mereka meninggal. Militer menyiapkan pemakaman secara militer kedua tentara yang tewas itu , Kamis di desa-desa kelahiran mereka apabila kematian mereka dikonfirmasikan. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah akan mengucapkan pidato di daerah pinggiran selatan Beirut memuji keberhasilan kelompoknya dalam mengosongkan penjara-penjara Israel dari para tahanan Lebanon, yang akan disambut oleh PM Fuad Siniora dan Presiden Michel Sleiman setibanya mereka di ibukota Beirut. Presiden Israel Shimon Peres, Selasa memberikan pengampunan kepada lima warga Lebanon itu dan mengatakan ini "bukanlah hari gembira untuk membebaskan para pembunuh seperti itu tetapi kita memiliki tanggungjawab moral untuk membawa pulang tentara-tentara kita." Kabinet terlebih dulu menyetujui pertukaran tahanan itu Juni, tetapi diminta untuk menyetujuinya kembali setelah Israel menerima laporan dari Hizbullah tentang seorang personil angkatan udara Ron Arad yang hilang , yang nasibnya lama menimbulkan pertanyaan di negara Yahudi itu. Arad hilang sejak pesawatnya ditembak jatuh di wilayah udara Lebanon Oktober 1986 dalam perang saudara, dan walaupun laporan itu mengatakan ia kemungkinan mati, Israel menolak kesimpulan itu, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008