Bojonegoro (ANTARA News)- Bupati Bojonegoro di Jawa Timur, Suyoto, mangajukan kepada Pertamina, besarnya imbalan jasa "lifting cost" minyak di penambangan tradisional di Desa Wonocolo, Hargomulyo dan Beji Kecamatan Kedewan, Rp1.700 per liter. "Pengajuan kami `lifiting cost` minyak tradisionil Rp1.700 per liter belum mendapatkan jawaban dari Pertamina"` katanya kepada ANTARA, di Kantor Pemkab Bojonegoro, Kamis. Perhitungan besarnya imbalan jasa itu, katanya, mengacu dengan harga minyak dunia melalui perhitungan dari 25 persennya. Hanya saja, pengajuan imbalan jasa itu, dalam batas menghabiskan sisa kontrak KUD Bogo Sasono yang dianggap wan-prestasi, yang seharusnya berakhir pada April 2009 ini. Dengan demikian, lanjutnya, dalam tenggang waktu yang ada tersebut, pengelolaan tambang minyak tradisional dilakukan Pemkab, melalui Dinas Koperasi dan UKM Bojonegororo hingga batas akhir kontrak berakhir. Field Manager Pertamina Region Jawa Area Cepu, Fachrizal didamping Kepala Jasa Operasi, Mulyadi beberapa waktu lalu menawarkan langsung kepada Bupati Suyoto, Pemkab bersedia mengelola ladang minyak tradisional itu. "Penawaran Pertamina Rp1.400 per liter, saya tetap minta Rp1.700 per liter", kata Suyoto menegaskannya. Menurut dia, Pemkab sekarang ini sedang mengkaji adanya ketentuan yang berisi sumur-sumur tua peninggalan Belanda itu bisa masuk kuasa pertambangan Pemkab Bojonegoro. Di lain pihak, katanya, sudah ada 79 investor dari berbagai daerah yang mengajukan penawaran untuk mengelola ladang minyak tradisional di tiga desa itu. Adanya pengajuan itu, Suyoto meminta Dinas Pertambangan Bojonegoro melakukan seleksi dengan mengacu kemampuan investor dalam segi keamanan, "plane" bisnis dan pengelolaan lingkungan. "Adanya `plane` bisnis harus yang paling menguntungkan masyarakat, juga Pemkab", katanya menegaskan. Dihubungi terpisah, seorang pemilik sumur di Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Jony Sumarwoto menyatakan, para penambang di tiga desa tersebut dalam sepekan terakhir ini kesulitan menjual minyak mentah maupun solar sulingan keluar, akibat gencarnya operasi yang dilakukan polisi. "Sudah sepekan ini penambang tidak terima bayaran, karena minyak mentah dan solar tidak laku dijual", katanya lirih. Penambangan minyak mentah tradisional di Desa Wonocolo, Hargomulyo dan Beji Kecamatan Kedewan yang jumlah sumur 48 unit memproduksik seharinya sekitar 50.000 liter minyak mentah. Dalam dua tahun ini, produksi minyak mentah di penambangan tradisional yang melibatkan sekitar 700 tenaga kerja itu, dijual keluar dalam bentuk solar, setelah disuling. Alasan para penambang, imbalan jasa minyak mentah yang diterima dari Pertamina dianggap rendah. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008