Jakarta (ANTARA News) - Ibukota Jakarta dan sekitarnya, Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) adalah kota yang semakin berbiaya tinggi, tak efisien dalam mobilitas dan distribusi logistik sehingga tidak lagi kompetitif di lingkungan global. "Dengan tidak melakukan apa-apa terhadap masalah transportasi di Jabodetabek maka akan membuat akumulasi kerugian ekonomi mencapai Rp65 triliun hingga 2020," kata pakar transportasi dari SADE Research Institute UI Dr Suyono Dikun pada Workshop "Global Warming" di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pada 2002 saja kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek, tempat 85 persen perputaran ekonomi nasional, sudah mencapai Rp5,5 triliun. Ia menyatakan tidak habis pikir masyarakat Jakarta bisa menghabiskan 3-4 jam per hari untuk pulang pergi antara rumah dan kantor, dan butuh 4-7 jam bagi sebuah kontainer internasional sampai pelabuhan Tanjung Priok. Suyono kembali menekankan perlunya pembangunan moda transportasi berkapasitas massal atau Mass Rapid Transit (MRT) di Jawa dibanding membangun jalan-jalan raya dan tol untuk mengakomodasi kebutuhan mobilitas penduduk yang semakin tinggi itu. "Sampai kapan pemerintah terus-menerus membangun jalan-jalan raya dan tol untuk mengakomodasi penduduk di Jawa yang pada 2025 diperkirakan mencapai 120 juta jiwa," katanya dengan nada bertanya. MRT seperti kereta api atau subway, lanjutnya, adalah moda transportasi yang harus mulai lebih dipilih untuk mengatasi masalah transportasi di masa depan bukan transportasi pribadi atau transportasi yang berkapasitas kecil-kecil. "Tanpa MRT apakah mampu bus-bus konvensional mengakomodasi jutaan orang tanpa membuang-buang bahan bakar minyak (BBM) yang sekarang ini semakin mahal harganya dan tanpa membahayakan lingkungan?" katanya lagi. Subsidi BBM akan mencapai Rp190 triliun tahun 2008 ini jika didasarkan pada konsumsi 35,5 juta kiloliter per tahun, padahal sekarang ini konsumsi BBM sudah melebihi yang seharusnya atau 39 juta KL ketika harga minyak telah mencapai 144 dolar AS per barrel. "MRT harus dipilih, atau kota-kota di Jawa ini akan mengalami stagnasi secara permanen," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008