Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kuota 30 persen perempuan di instansi negara dapat dicapai pada Pemilihan Umum 2009. "Tahun depan tahun Pemilu, saya berdoa, saya berbuat kuota 30 persen bisa tercapai. Kita senang kaum perempuan di DPR dan DPRD seluruh Indonesia lebih banyak lagi. Termasuk juga di DPD, gubernur, bupati, dan walikota," kata Presiden Yudhoyono saat membuka Rakornas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2008 di Istana Negara, Kamis. Kaum perempuan, lanjut Kepala Negara, juga diharapkan makin banyak mengisi pos-pos strategis di kabinet, dengan syarat memiliki kapasitas dan integritas yang layak untuk menjadi menteri. Menjelang Pemilu 2009, Presiden Yudhoyono juga mengimbau seluruh pihak untuk mendewasakan sikap berdemokrasi. "Dalam pemilu nanti pasti ada kompetisi, di pemilu manapun begitu. Konflik akan memanas, akan ada goncangan, mungkin akan ada sedikit kekacauan, wajar, tapi ingat kita harus mencegah untuk menjadikan negara kita mundur ke belakang," katanya. Menurut Kepala Negara, terdapat banyak cara berkompetisi dalam Pemilu tanpa menimbulkan kekerasan. "Banyak cara untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik. Kaum perempuan terutama memiliki sensitivitas yang tinggi dengan moral yang baik. Oleh karena itu ikutlah menjadi pelopor agar terbentuk politik yang baik agar masyarakat senang," ujarnya. Presiden mengatakan, apabila sesuatunya berjalan baik maka akan terpilih pemimpin-pemimpin terbaik yang dapat melanjutkan tugas memimpin bangsa. Kepala Negara sekali lagi juga mengingatkan kepada para pengunjuk rasa untuk melakukan kegiatannya dengan damai dan menjauhi kekerasan yang hanya akan meresahkan masyarakat. Terkait dengan peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak-anak, Presiden Yudhoyono menegaskan bahwa pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak-anak melalui peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan. Sementara itu pada kesempatan sebelumnya Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono mengatakan bahwa seiring dengan perkembangan bangsa Indonesia dalam membangun, perempuan yang telah menunjukkan partisipasinya di berbagai bidang pembangunan masih mengalami diskriminasi, antara lain di bidang pekerjaan. Disebutkan bahwa secara nasional, persentase penduduk yang bekerja lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 1 banding 2. Menurut data BPS hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2007, dari seluruh penduduk yang bekerja sebanyak 97,6 juta jiwa sekitar 63,7 persen adalah laki-laki. Selain itu, perempuan yang bekerja lebih dominan sebagai pekerja tidak dibayar yang mencapai 35,2 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang hanya 8,6 persen.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008