Bandarlampung (ANTARA News)- Sejumlah warga Bandarlampung, Kamis, menyatakan bahwa mereka masih kerap sulit mendapatkan gas isi 12 kg, meski harga gas elpiji itu telah dinaikkan Pertamina dari Rp51 ribu menjadi Rp63 ribu per 1 Juli. Dengan menggunakan sepeda motor untuk mengangkut tabung gas, salah satu warga Bandarlampung, Panggabean, menyatakan bahwa ia harus mencari gas selama dua hari, baru bisa mendapatkannya pada Kamis siang. "Saya kemarin sudah mencari- carinya, namun tidak dapat. Hari ini saya ke SPBU milik Pertamina di kawasan Sukarame, ternyata masih ada tersisa tujuh tabung lagi. Saya langsung pesan dan bayar, karena yang antre masih banyak," katanya. Menurutnya, ia membeli gas isi 12 kg itu seharga Rp66 ribu. Beberapa warga lainnya mengatakan bahwa mereka selain memiliki kompor gas, juga memiliki kompor minyak tanah. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan gas yang masih kerap terjadi di Lampung. Jika gas sulit didapatkan maka kompor berbahan bakar minyak tanah itu yang digunakan untuk keperluan memasak. Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya juga menyatakan bahwa ia harus mencari gas ke pedagang elpiji di pasar tradisional, dan baru bisa mendapatkannya. Berdasarkan pantauan, gas yang dijual di SPBU Sukarame memang cepat laku, karena banyak pembeli gas di SPBU milik Pertamina itu menggunakan kendaraan beroda empat. Mereka sekali membeli sedikitnya dua tabung, namun banyak juga yang membeli lima tabung. Hal itu mengakibatkan gas cepat habis terjual, dan tumpukan tabung kosong yang sering terpampang. Beberapa konsumen menyatakan membeli gas ke SPBU itu karena merasa yakin akan volumenya yang tidak berkurang. Sementara itu, di sejumlah pengecer di kawasan Sukarame dan Antasari masih tampak menjual gas isi 12 kg, walaupun banyak juga tabung kosong yang dipajang di depan tokonya. Harga gas di tingkat pengecer lebih mahal beberapa ribu rupiah dibandingkan harga di SPBU.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008