Batam (ANTARA News) - Omzet penjualan pasar tradisional di Batam anjlog hingga 70 persen akibat kalah bersaing dengan pasar modern (supermarket). Pedagang Pasar Tanjung Pantun Voni mengatakan di Batam, Minggu, sebelum pasar modern ramai, omzetnya mencapai Rp7,5 juta/hari, namun, kini hanya sekitar Rp2 juta. "Sekarang sepi sekali, mau pagi, siang, hari libur, sama saja," kata pedagang sayur itu. Perempuan yang berdagang sejak tahun 2000 mengatakan hanya bergantung pada pelanggan lama, karena kesulitan mendapatkan pembeli baru. Umumnya, pendatang baru Batam memilih berbelanja di pasar modern, kata dia. Senada dengan Voni, pedagang sayur Pasar Tanjung Pantun lain Awang menyatakan penjualan menurun sejak dua tahun lalu. "Dulu, kita masih bisa nabung. Sekarang hanya cukup untuk makan dan bayar uang sewa," katanya. Setiap bulan, pedagang Pasar Tanjung Pantun harus membayar uan sewa Rp600 ribu untuk setiap lapak. Selain bersaing dengan pasar modern, pasar tradisional juga harus berkompetisi merebut pelanggan dengan pasar ruko di sekitar perumahan warga. "Sekarang, hampir setiap perumahan punya pasar. Kita jadi kalah saing," katanya. Sementara itu, warga Mitra Raya Nurmadiah menyatakan lebih suka belanja di pasar perumahan ketimbang pasar tradisional seperti Pasar Tanjung Pantun dan Pasar Induk Jodoh karena lebih dekat dari tempat tinggalnya. "Harganya sama saja, kalau beda juga hanya lebih mahal sedikit," katanya. Di tempat terpisah, warga Perumahan Anggrek Sari Suryani menyatakan lebih menyukai berbelanja di pasar modern karena lebih bersih. "Selain itu, tidak perlu menawar harga, jadi saya tidak khawatir kemahalan," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008