Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun lagi di perdagangan Asia Kamis di tengah tanda-tanda melemahnya permintaan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar dunia, kata dealer. Dalam perdagangan pagi, kontrak utama New York, untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman September turun dengan 55 sen menjadi 123,89 dolar per barel pada Kamis dari penutupan perdagangan Rabu 124,44 dolar per barel. Harga minyak New York telah mengalami penurunan 3,98 dolar pada Rabu. Sementara minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman September turun 24 sen pada posisi 125,05 dolar. "Pasar minyak berjangka terus mengalami `bearish mood`," kata Victor Shum, analis pada konsultan energi berbasis di Singapura Purvin and Gertz, mengacu pada angka-angka cadangan bensin terakhir pemerintah AS. "Di mana masih berlangsung kekhawatiran seputar turunnya permintaan di AS dan laporan inventaris minyak AS terakhir yang mengkonfirmasikan turunnya permintaan di Amerika Serikat," katanya. Victor juga mengatakan bahwa `mood` saat ini di pasar terfokus pada berkurangnya permintaan. Administrasi Informasi Energi (EIA) AS mengatakan Rabu bahwa cadangan minyak mentah turun 1,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 18 Juli. Sedangkan ekspektasi pasar penurunan lebih kecil yakni berkisar 600.000 barel. Tetapi laporan mingguan EIA juga menunjukkan bahwa cadangan bensin naik dengan 2,9 juta barel, jauh dari prediksi konsensus analis naik 200.000 barel. Konsumsi bensin 2,4 persen lebih rendah dari setahun lalu karena para pengendara menghadapi harga bensin yang melambung 4,11 dolar per galon (3,78 liter) pada puncak musim berkendara pada liburan musim panas. Harga di pompa bensin turun menjadi 4,06 dolar pada Senin, namun di banding setahun lalu mengalami kenaikan 37 persen, data EIA menunjukkan. Harga telah mengalami kenaikan lebih dari 23 dolar sejak rekor tinggi dicapai di atas 147 dolar per barel pada 11 Juli lalu. Namun angka tetap pada tingkat tinggi setelah menembus angka 100 dolar per barel untuk pertama kalinya pada awal tahun ini. Selain itu ancaman pasokan akibat badai Dolly di Teluk Meksiko berkurang karena angin topan tersebut berbelok dari instalasi minyak lepas pantai. Menguatnya dolar AS juga membantu harga minyak mentah turun. Para pedagang terus mengikuti perkembangan Badai Dolly, yang bertiup di selatan Pulai Padre, Texas dekat perbatasan Meksiko, Rabu, menurut Pusat Informasi Badai AS. Musim badai pertama di teluk mendorong beberapa perusahaan minyak mengevakuasi personilnya dari anjungan lepas pantai mereka, namun pada awal Rabu, badai terlihat mem-bypass kawasan utama produksi minyak di teluk, demikian diwartakan Reuters. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008