Yuddy Siap Jadi Capres, "Sunset Generation" Tak Bisa Diharapkan
Jumat, 25 Juli 2008 19:18 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Politisi muda Partai Golkar yang telah menyatakan diri siap menjadi capres, Yuddy Chrisnandi, berpendapat, berbagai persoalan bangsa yang ada saat ini membutuhkan kehadiran kaum muda untuk menyelesaikannya dan "sunset generation" dinilainya tidak lagi mempunyai energi untuk itu.
"Bangsa ini menghadapi setumpuk persoalan yang sedemikian kompleks dan berat sehingga yang dibutuhkan adalah tampilnya orang-orang muda menggantikan generasi tua," kata Yuddy saat berbicara dalam acara dialektika demokrasi di ruang "press room" DPR Jakarta, Jumat.
Generasi tua yang disebutnya sebagai "sunset generation" dianggapnya sudah tidak memiliki energi yang memadai serta maupun tidak memiliki visi ke depan untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah bangsa ini.
Dikatakannya pula bahwa jika bangsa ini masih saja memunculkan wajah-wajah lama yang telah berkompetisi di pilpres 2004, maka tidak akan muncul "medan magnet" dengan kekuatan besar untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan.
Hingga saat ini, menurut Yuddy, tekadnya untuk mencalonkan diri sebagai capres di 2009 itu tidak mendapat penentangan dari para petinggi di partai berlambang beringin tersebut.
"Peringatan-peringatan yang ada hanyalah karena adanya beda pendapat soal hak angket saja," katanya.
Di tempat yang sama, aktivis Fadjroel Rachman mengatakan bahwa dirinya juga mengajukan diri sebagai capres dengan harapan dapat menciptakan tatanan dan harapan baru bagi bangsa ini.
Menurut dia, Indonesia harus mentradisikan budaya bahwa seorang pemimpin itu harus dibatasi usia hingga 55 tahun saja. Lebih dari usia itu, maka orang tersebut sudah harus pensiun dari berbagai aktivitasnya di pentas politik nasional.
Hal tersebut, menurut dia, selain menjamin terjadinya regenerasi kepemimpinan nasional juga agar tercipta banyak agenda-agenda progresif yang menguntungkan bangsa Indonesia sendiri.
Fadjroel tidak yakin jika para kandidat tua mengagendakan program-program yang progresif, seperti menasionalisasi aset-aset asing di Indonesia, memutus pembayaran hutang luar negeri, menyita harta hasil korupsi keluarga Cendana hingga mengadili para pelanggar HAM berat di masa lalu.
Hal senada juga dikemukakan mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka mereka akan semakin konservatif dan takut untuk mengambil keputusan-keputusan.
Karena itu, Yusril menambahkan, dirinya hanya membatasi satu periode saja jika dipercaya rakyat melalui pemilu untuk memimpin bangsa ini.(*)