New York, (ANTARA News) - Harga minyak kembali bergerak turun Jumat waktu setempat atau Sabtu pagi WIB, di tengah indikasi bahwa permintaan merosot menyusul melambatnya ekonomi dan sinyal-sinyal baru meningkatnya pasokan. Sebagaimana dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman September, jatuh 2,23 dolar AS menjadi ditutup pada 123,26 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, turun 1,92 dolar AS menjadi mantap pada 125,02 dolar AS per barrel. Acuan kontrak New York telah kehilangan hampir 25 dolar AS sejak mencapai level tertinggi selama ini 147,27 dolar AS pada 11 Juli. Pekan ini sendiri harga minyak merosot 5,62 dolar AS. Harga minyak telah meningkat pada Kamis dalam apa yang para pedagang deskrisikan sebagai sebuah "technical rebound" setelah dua hari sebelumnya turun tajam. Namun kelesuan nampak kembali, kata para analis, ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), kartel yang memproduksi 40 persen dari minyak mentah dunia, meningkatkan pasokannya meski permintaan melemah. "Produksi Saudi sedang meningkat. Petrologistics melaporkan bahwa produksi minyak OPEC diperkirakan naik 200.000 barrel per hari menjadi 32,9 juta barrel minyak per hari," kata Phil Flynn, seorang analis Alaron Trading. "Produksi Saudi akan naik menjadi 13 juta barrel minyak per hari." Harga minyak telah mencetak serangkaian rekor tertinggi, setelah menembus 100 dolar AS pada awal tahun ini di tengah kekhawatiran tentang pasokan yang dipicu oleh ketegangan politik atas program nuklir Iran dan kerusuhan di Nigeria, produsen minyak terbesar Afrika. Namun, baru-baru ini harga minyak telah merosot kembali karena memuncaknya kecemasan tentang permintaan di tengah berlanjutnya pelemahan ekonomi di AS, konsumen energi terbesar dunia. Pada Rabu, harga minyak mentah berjangka telah jatuh sekitar empat dolar AS setelah cadangan bensin AS meningkat lebih besar dari perkiraan, mengindikasikan melemahnya permintaan di Amerika Serikat. "Penurunan harga minyak mentah (harga berjangka dari tertinggi baru-baru ini) terutama didorong oleh kekhawatiran melemahnya permintaan sebagai akibat tingginya harga, karena masalah-masalah ekonomi masih berlangsung," kata Michael Davies dari perusahaan pialang Sucden di London. "Mula-mula kecemasan ini fokus di AS, dengan data disana menunjukkan penurunan permintaan signifikan untuk bensin, namun data ekonomi telah mulai menunjukkan adanya masalah di Eropa dan melambatnya pertumbuhan di penggerak utama pertumbuhan permintaan minyak; China dan India." (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008