Cirebon (ANTARA News) - Ribuan nelayan tradisional di Cirebon dan Indramayu, tidak berani melaut terlalu jauh akibat gelombang tinggi yang terjadi sejak dua minggu terakhir.

Sejumlah nelayan mengungkapkan, puncak gelombang tinggi terjadi tiga hari lalu dengan ketinggian gelombang mencapai dua meter sehingga hampir tidak ada nelayan yang melaut kecuali mereka yang hanya memanen ikan di pangger kerang hijau.

"Tidak berani lebih dari tiga mil karena gelombang sudah terasa begitu besar dan sulit untuk menebar jaring," kata Kasnen, nelayan Gebang yang biasa melaut dengan empat awak kapalnya.

Sejumlah nelayan juga mengaku, untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sebagian besar nelayan sudah banyak yang menggadaikan barang mereka, ditambah dengan meminjam hutang pada bakul ikan yang sejak turun-temurun selalu mempunyai langganan tetap.

"Saya rata-rata pinjam Rp50.000 sampai Rp100.000 setiap minggu untuk sekedar beli beras dan minyak tanah, nanti utangnya dibayar dengan hasil melaut lagi" kata Tabroni (43), nelayan Gebang.

Sementara sebagian kecil nelayan di Bondet, Cirebon, masih melaut untuk melakukan panen kerang hijau yang lokasi budidayanya lebih dekat dengan pantai.

Tidak hanya nelayan Cirebon, sejumlah nelayan tradional di Eretan dan di Dadap, Indramayu juga menunda untuk melaut selama seminggu terakhir karena gelombang begitu tinggi , bahkan sudah ada perahu nelayan yang terbalik karena hantaman gelombang.

Sementara perahu besar dengan bobot minimal 40 ton masih tetap berlayar dari Pelabuhan Perikanan Eretan untuk mencari ikan di sekitar Selat Kalimata dan perairan Pulau Bangka Belitung.

Tardi, nelayan Eretan Kulon, mengatakan, ada dua buah perahu yang terbalik akibat dihempas gelombang tinggi yaitu milik Dahman dan Nuryasa, dua warga Eretan Kulon, sehingga kedua perahu itu tidak bisa lagi digunakan.

"Semua nelayan bisa selamat ditolong perahu lainnya, tetapi mesin dan jaring ikan ikut hanyut dibawa gelombang," katanya.

Ia mengatakan, sejak terjadi pencemaran minyak di perairan Indramayu September 2008 lalui, sejumlah nelayan berusaha mencari ikan agak ke tengah, tetapi akibat gelombang tinggi akhirnya niat itu tidak memungkinkan karena gelombang tinggi.

Ketua Serikat Nelayan Tardisional (SNT) Kabupaten Indramayu, Kajidin, mengakui, saat ini serba sulit kalau terlalu dekat pantai sulit mendapat ikan karena sudah tercemar limbah, tetapi ketika akan melaut lebih jauh terkendala gelombang yang tinggi.

"Nelayan lebih banyak tidak melaut dan untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa berhutang kepada warung atau majikan mereka," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009