Washington, (ANTARA News) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan dalam suatu wawancara yang ditayangkan televisi AS pada Senin bahwa jika AS melakukan pendekatan baru untuk negaranya, Teheran akan merespon positif. "Saat ini, kami menyaksikan tingkah laku baru yang diperlihatkan para pejabat AS. Pertanyaan saya adalah, apakah tingkah laku seperti itu menunjukkan suatu pendekatan baru?" katanya sebagaimana dikutip AFP. "Dengan kata lain, saling menghormati, kerjasama dan keadilan? Atau apakah pendekatan ini merupakan kelanjutan konfrontasi dengan rakyat Iran, namun dalam penyamaran baru?", kata Ahmadinejad dari Teheran lewat penerjemah. Jika tingkah laku AS itu mewakili perubahan penyamaran, "kami akan menghadapi suatu situasi baru dan respon oleh rakyat Iran akan menjadi positif", kata Ahamadinejad dalam wawancara, yang dilakukan di ruang kerja presiden. Komentar Ahamdinejad itu disampaikan sehari setelah AS mengambil suatu langkah yang tidak biasa dengan mengirim seorang diplomat senior untuk bertemu dengan ketua jururunding Iran pada pertemuan di Jenewa mengenai perselisihan program nuklir Iran. Wawancara itu dilakukan menyusul taklimat Ahmadinejad pada Sabtu bahwa Iran telah menambah jumlah mesin pemisah pengayaan uranium menjadi 6.000, dalam perluasan program nuklirnya yang menimbulkan desakan internasional untuk menghentikannya. Iran menghadapi tiga sanksi Dewan Keamanan PBB akibat penolakannya untuk membekukan pengayaan uranium, yang membuat bahan bakar nuklir, juga bahan dasar untuk bom atom. Ahmadinejad kembali menegaskan dalam wawancara itu bahwa Teheran tidak ingin membuat senjata-senjata nuklir. "Kami tidak sedang membuat pabrik bom. Kami tidak percaya pada bom nuklir," katanya ketika ditanya apakah Iran ingin menjadi suatu kekuatan nuklir. Sejarah memperlihatkan bahwa memiliki senjata nuklir tidak membantu negara lain dengan tujuan-tujuan politiknya, ujarnya. "Bom nuklir milik abad 20. Kita sedang hidup di abad baru," katanya. "Energi nuklir sangat bermanfaat, dan itu jalan yang sangat jelas. Semua negara ingin memilikinya. Bom nyata-nyata merupakan sesuatu yang sangat buruk. Tidak seorang pun ingin memiliki bom semacam itu," katanya. Sementara itu, Gedung Putih meragukan suara bernada rujuk dari Ahmadinejat itu. "Saya kira kami harus mendekati ini dengan butiran garam. Presiden Ahmadinejad mengatakan suatu hal kepada rakyat Iran pada Sabtu, dan mengatakan hal lain kepada wartawan AS pada Senin," kata Jurubicara Dana Perino. "Kerena itu, saya kira kami semua perlu mempertimbangkan ini dengan penuh keraguan," katanya. Negara-negara besar dunia, yang prihatin bahwa Iran sedang membangun proyek nuklir rahasia, telah menawarkan dimulainya kembali perundingan bila Teheran tidak menginginkan sanksi lebih lanjut, jika Iran tidak menambah lagi mesin pemisah pengayaan uranium. Negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB -- Inggris, China, Perancis, Rusia, AS -- ditambah Jerman telah mengajukan suatu usul kepada Iran, yang mencakup insentif perdagangan dan bantuan program nuklir sipil dengan imbalan pembekuan pengayaan. Iran telah diberikan batas waktu dua pekan untuk merespon batas waktu pada Sabtu tersebut. Ketika ditanya tentang tawaran dari negara-negara kuat Barat yang menawarkan insentif perdagangan dan insentif lain, Ahmadinejad mengatakan Iran adalah "negara kuat" dan sama sekali tidak bisa dikucilkan. "Untuk kelangsungan hidup kami dan untuk kemajuan, kami tidak perlu pelayanan, bila saya menggunakan kata dari beberapa negara," katanya. AS telah mengancam Teheran dengan "langkah-langkah menghukum" jika Iran menolak tawaran itu dan tetap melangsungkan pengayaan. Sementara itu pada Senin, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak bertemu di Washington dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gates untuk mengadakan pembicaraan, seperti dikatakan penasehat Israel, dengan memfokuskan pada ancaman yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran. Jurubciara Pentagon Bryan Whitman membenarkan bahwa pertemuan itu dilakukan selama satu jam dan menggambarkan mereka sebagai "bagian dari konsultasi pertahanan standar". Kendati pernyataan Ahmadinejad itu relatif moderat, AS mengatakan pihaknya melihat itu sebagai pernyataan kebijakan resmi menjelang batas waktu pada Sabtu. "Kami sedang menunggu apa yang kami yakini mejadi pernyataan akhir dari pemerintah Iran, kami menunggu itu lewat saluran tradisional," kata jurubicara Departemen Luar Negeri, Gonzalo Gallegos. "Dan kemudian, hal itu akan ditinjau dan kemudian kami akan menyikapinya," katanya kepada wartawan. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008