Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi, turun karena pelaku melakukan aksi ambil untung (profit-taking), setelah pada hari sebelumnya mata uang lokal tersebut mengalami kenaikan yang cukup tajam. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.130/9.135 per dolar AS dibanding hari sebelumnya Rp9.113/9.120 atau melemah 17 poin. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan aksi ambil untung oleh pelaku pasar menekan pergerakan rupiah, sehingga mata uang Indonesia melemah. Aksi lepas rupiah itu diperkirakan hanya sementara saja, kalau melihat pasar domestik masih positif terhadap pergerakan mata uang lokal itu, katanya. Meski demikian, rupiah masih berpeluang untuk bisa menguat bahkan menembus angka Rp9.100 per dolar AS, meski untuk menuju ke sana tidak mudah perlu waktu dan dukungan yang cukup kuat. "Kami optimis rupiah akan bisa menembus angka Rp9.100 per dolar karena aktifitas investor asing menempatkan dananya di instrumen Bank Indonesia (BI) masih tinggi," katanya. Sebelumnya, rupiah pada sesi pagi sempat mencapai angka Rp9.105 per dolar AS, namun tidak bertahan lama karena pada sesi sore agak turun menjadi Rp9.113 per dolar, menyusul berkurangnya aksi beli pelaku pasar. Rupiah, katanya, pada penutupan sore nanti kemungkinan akan kembali menguat karena pelaku pasar masih menunggu indikator ekonomi AS yang diharapkan bisa memicu pasar. AS kini dilanda krisis keuangan yang mengakibatkan sejumlah lembaga keuangan AS mengalami kerugian yang cukup besar dan berkurangnya ekspansi kredit, ucapnya. Rully Nova mengatakan, posisi rupiah kini dinilai sangat stabil yang juga memberikan keyakinan investor asing bahwa ekonomi Indonesia masih tetap tumbuh. Apalagi, pemerintah sedang memfokuskan terhadap produk komoditi yang di pasar Eropa sangat dibutuhkan dengan tingkat harga tinggi, sehingga pendapatan devisa akan semakin besar, katanya. Keyakinan investor asing itu juga direalisasikan dengan meningkatkan investasi dari China, Australia, dan kawasan Timur Tengah. "Kami optimis ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh di atas enam persen, "ujarnya.

Copyright © ANTARA 2008