Medan (ANTARA News) - Ummat Islam jangan terjebak dalam seremonial Isra Miraj Nabi Muhammad SAW tanpa mengambil hikmah yang terdapat dalam peristiwa tersebut. "Tanpa mengambil hikmah dan mengamalkan semua yang diajarkan Nabi Muhammad SAW maka pelaksanaan Isra Miraj yang dilakukan selama ini menjadi sia-sia," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut, Prof DR H Abdullah Syah, MA menjawab ANTARA News di Medan, Selasa, terkait peringatan Isra Miraj yang jatuh pada 30 Juli 2008. Menurut dia, ada beberapa hikmah dan iktibar (perumpamaan) yang harus diteladani dan perlu diambil pelajaran oleh ummat Islam dari perayaan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Hikmah pertama adalah pelaksanaan sholat lima waktu yang merupakan ibadah yang diterima Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT dalam perjalanan dari Mekkah dan Madinah di Arab Saudi, Masjidil Aqsha di Palestina hingga ke langit ke tujuh. Hikmah lain adalah agar ummat Islam tidak suka menggunjing dan memfitnah orang lain, menjauhi zinah dan berlaku amanah (jujur) dalam setiap kepercayaan yang diberikan. Dalam perjalanan itu, Nabi Muhammad SAW diberikan gambaran bahwa pelaku yang suka menggunjing dan memfitnah orang lain seperti orang yang menggunting lidahnya sendiri. Adapun bagi orang yang tidak jujur diumpamakan manusia yang sedang mengangkat beban berat yang tidak sanggup dipikulnya tetapi terus menambah berat beban. Sedangkan bagi pelaku zinah digambarkan seperti orang yang sedang menghadapi hidangan lezat tetapi justru mengkonsumsi makanan yang busuk dan basi yang ada di sekitarnya, kata guru besar IAIN Sumut itu. Ia menambahkan, permasalahan yang sering timbul di kalangan ummat Islam selama ini lebih banyak disebabkan tidak mengindahkan ajaran dan larangan dalam Islam. Abdullah Syah mencontohkan banyaknya masyarakat yang terkena virus HIV/AIDS yang lebih disebabkan praktik perzinahan yang sangat dilarang dalam ajaran Islam. Ummat Islam juga perlu mewaspadai praktik pornografi dan pornoaksi yang marak terjadi belakangan ini sebagai upaya agar masyarakat tidak tergiur terhadap perbuatan yang dianggap melanggar agama itu. Upaya pemerintah untuk memberantas penyakit yang mematikan tersebut akan sia-sia jika masyarakat tidak memiliki iman dan taqwa sehingga praktik yang mengeksploitasi tubuh wanita itu tetap berjalan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008