Jakarta (ANTARA News) - Sabotase dan teror bukan bentuk perjuangan yang dilakukan Falun Gong sebagai sebuah latihan kultivasi jiwa dan raga yang berasal dari Tiongkok, kata seorang juru bicara Falun Gong Indonesia. "Tuduhan penguasa komunis China terhadap Falun Gong yang melakukan aksi sabotase dan teror tak berdasar. Sebaliknya mereka telah meneror dan menindas pengikut Falun Gong di sana sejak 20 Juli 1999 hingga sekarang," kata Sekretaris Falun Gong Indonesia Liman Kurniawan dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa. Siaran pers ini menanggapi laporan yang disiarkan China Daily bahwa Pemerintah China akan memberi hadiah sebesar 500.000 yuan atau 73.000 dolar AS bagi masyarakat yang mampu menyampaikan informasi kepada polisi mengenai ancaman keamanan besar terhadap Olimpiade 2008. Syaratnya, informasi yang diberikan harus akurat dan terperinci mengenai suatu rencana serangan terorisme, kemungkinan sabotase oleh sebuah organisasi ilegal seperti Falun Gong. Menurut dia, berdasarkan hasil verifikasinya hingga kini jumlah pengikut Falun Gong yang tewas akibat penyiksaan mencapai 3.150 orang. Bahkan menjelang pembukaan Olimpiade Beijing, tekanan terhadap pengikut Falun Gong semakin intensif. Ia mengatakan mereka berusaha menciptakan citra negatif terhadap Falun Gong di seluruh dunia yang seolah-olah penangkapan dan penyiksaan yang dilakukannya terhadap pengikut Falun Gong adalah legal. Sebulan sebelum pembukaan Olimpiade Beijing, agen-agen keamanan China terus menangkap para pengikut Falun Gong, katanya. Berdasarkan Falun Data Information Center, sekitar 8.037 pengikut Falun Gong telah ditangkap sejak Desember 2007 di 29 provinsi, kota-kota besar dan daerah otonomi. Di kota Beijing saja, ratusan orang ditangkap dan belasan dihukum kerja paksa di kamp tanpa melalui proses pengadilan. Sejak awal 2001, latihan Falun Gong diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan terbitnya buku Zhuan Falun versi bahasa Indonesia. "Dalam waktu relatif singkat jumlah yang mengikuti senam dan meditasi ini mencapai ribuan orang karena mereka merasakan manfaat dari latihan ini bagi kesehatan," kata Liman seraya mengatakan China Daily merupakan media yang menjadi mesin propaganda dan dikuasai pemerintah komunis China.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008