Jakarta (ANTARA News) - Sekertaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan mengatakan jalan rekonsiliasi antara dunia Islam dengan barat akan melalui Asia Tenggara. "Saya percaya bahwa jalan rekonsiliasi antara dunia Islam akan melalui kawasan Asia Tenggara karena kami belajar hidup dalam keberagaman," kata Surin yang ditemui seusai menyampaikan sambutannya dalam seminar Konferensi Internasional Cendekiawan Islam (ICIS) III di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu. Menurut dia, selama ini masyarakat Asia Tenggara telah terbukti mampu hidup bersama dalam keberagaman. Surin merujuk pada keberhasilan ASEAN menjaga stabilitas di kawasan selama 40 tahun terakhir. "Masyarakat Asia Tenggara hidup belajar dalam keberagaman, dalam perbedaan dan saya kira masyarakat muslim di Asia Tenggara mampu menerima segala hal jauh lebih baik dari yang lainnya," ujar mantan Menlu Thailand itu. Bagi Surin yang dibesarkan di daerah konflik Thailand Selatan, keterbukaan masyarakat muslim Asia Tenggara yang dipelopori oleh Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, merupakan suatu contoh yang baik. "Masyarakat muslim Asia Tenggara terbukti mampu menghadapi globalisasi dan dapat hidup dengan baik dengan itu," katanya. Namun, katanya, harus diakui bahwa potensi konflik memang terbuka lebar. "Yang penting adalah bagaimana masyarakat muslim dapat mengubah potensi konflik itu menjadi potensi kerja sama, itu yang perlu dipikirkan," ujarnya. ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang terdiri dari 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, Vietnam, Singapura, dan Myanmar. Sementara itu, mantan Presiden Indonesia Megawati Sukarnoputri mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk mayoritas muslim tetap mampu mempertahankan keberagamannya secara damai dengan asas Pancasila. Indonesia, menurut Megawati, merupakan suatu miniatur keberagaman dan Pancasila adalah satu-satunya ideologi yang mampu mengikat keberagaman sehingga dunia internasional dapat mempelajarinya. Megawati menekankan bahwa Indonesia mengembangkan prinsip toleransi untuk menghindari konflik sekalipun diakui bahwa radikalisme sempat menguat akibat pengaruh memburuknya hubungan Islam dan barat. Seminar internasional selama tiga hari yang diselenggarakan Nahdlatul Ulama itu bertema peran Islam membangun perdamaian dan menghindari konflik. Sekretaris Jenderal ICIS III KH Hasyim Muzadi menyatakan ICIS III akan merumuskan rekomendasi resolusi konflik di dunia Islam. "Rekomendasi ICIS III nanti dapat digunakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lembaga-lembaga dunia lainnya atau pihak-pihak di sejumlah negara Islam yang sedang berkonflik," kata Hasyim.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008