Surabaya (ANTARA News) - Tersangka Verry Idham Henryansah alias Ryan (34) yang membunuh 11 orang di Jombang dan Jakarta, tampaknya tidak selalu mudah dalam melaksanakan niatnya, bahkan dia juga sempat mendapat perlawanan dari tiga korbannya. "Motifnya memang keinginan seketika untuk menguasai barang-barang milik korban, tapi Ryan tak selalu lancar mewujudkan keinginan seketika itu. Ada tiga korbannya yang sempat melawan," kata Direskrim Polda Jatim Kombes Pol Rusli Nasution di Surabaya, Kamis. Didampingi psikiater Polda Jatim AKBP dr Roni Subagio, Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Rudy Herdisampurno, dan Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti, ia menyatakan tiga korban itu sempat berantem dengan tersangka. "Ketiga korban yang sempat berantem dengan Ryan adalah Vincentius Yudi Priono (Wonogiri, Jateng), Guruh Setio Pramono (Nganjuk, Jatim), dan seseorang yang disebutnya Graddy (marga Tumbuan-Manado), tapi akhirnya dibantai juga," katanya. Sementara itu, korban yang lain umumnya tidak sempat melawan, karena langsung dipukul dari belakang ke arah kepala atau bagian tengkuk hingga menghembuskan nafas terakhir. Menurut dia, korban umumnya dikenal Ryan, tapi mereka bertemu di berbagai tempat, kemudian diajaknya ke rumahnya di desa Jatiwates, kecamatan Tembelang, kabupaten Jombang. "Ada yang bertemu di Surabaya, ada yang di Jombang. Hanya satu yang tak dikenal yakni satu korban yang Ryan sendiri tidak hafal namanya yakni korban yang diduga dibunuh pertama kali pada 2006. Ada yang dibunuh dinihari, tapi ada juga yang dibunuh siang hari," katanya. Ditanya tentang keterangan Ryan yang berubah-ubah, Kombes Rusli Nasution memaklumi hal itu, karena Ryan mungkin saja lupa dan tak ingat, karena kejadiannya sudah lama, sehingga keterangannya kepada polisi juga bisa berubah. "Tapi, tempat yang ditunjukkannya selalu benar, karena itu tim Polda Jatim saat ini meluncur ke Jombang untuk melakukan penyisiran halaman belakang rumah orangtua Ryan di desa Jatiwates itu, barangkali ada mayat atau kerangka mayat yang belum ditemukan. Ya, untuk meyakinkan saja," katanya. Mengenai dua penggali kubur yang diperiksa polisi karena diduga pernah dimintai bantuan untuk menggali kubur, ia mengaku keduanya diperiksa sebagai saksi, karena mereka melakukan penggalian tanpa mengetahui mayat yang akan dikubur. "Mereka hanya diminta menggali, ada yang dikatakan untuk lubang tempat sampah, ada yang dikatakan untuk kolam ikan, dan alasan lain," katanya. Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Rudy Herdisampurno menyatakan otopsi kepada enam mayat terbaru belum selesai. "Yang jelas, jenazah korban asal Nganjuk akan kami serahkan dengan beberapa jenazah yang sudah diotopsi, sedangkan korban lainnya masih diotopsi dan sampai sekarang belum selesai," katanya. Untuk jenazah yang sudah selesai, katanya, akan disalati di Masjid "Nurul Huda" Mapolda Jatim, lalu diserahkan kepada keluarganya. "Mungkin akan diserahkan Jumat (1/8), tapi yang tak disalati (bukan agama Islam) mungkin akan diserahkan Sabtu (2/8)," katanya. Ke-11 korban Ryan adalah Aril Somba Sitanggang (Malang, Jatim), Vincentius Yudi Priono (Wonogiri, Jateng), Guruh Setio Pramono (Nganjuk, Jatim), dan seorang lagi bernama Graddy yang semula diduga ras Eropa (kukaoit) ternyata berdarah Manado (marga Tumbuan). Untuk enam korban yang baru digali masih teridentifikasi lima orang, karena seorang diduga korban pertama yang dibunuh pada 2006, sehingga tersangka lupa. Lima korban yang terbaru adalah Agustinus alias Wawan (28) yang dibunuh pada Agustus 2007, Muhammad Akhsoni alias Soni (29) yang dibunuh pada Nopember 2007, Zainal Abidin alias Zeki (21) yang dibunuh pada Januari 2008, serta Nanik Hidayati (23) dengan anaknya Silvia Ramadani Putri (3) yang dibunuh pada April 2008. Sebelumnya, Ryan membunuh dan memutilasi teman dekatnya Heri Santoso hingga tujuh potongan di Depok, kemudian dibuang di Jl Kebagusan, Jakarta dan terungkap pada 12 Juli 2008. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008