Banda Aceh (ANTARA News) - Pengobatan alternatif yang berkembang di Indonesia dilaporkan belum mampu menyembuhkan dan mengurangi keganasan virus perapuh kekebalan tubuh (Human Immunodeficiency Virus/HIV), sehingga penderita tetap harus berpegang pada terapi medis. "Sampai saat ini kita tetap berpegang pada terapi medis untuk penderita HIV," kata Nurul Aini dari Centra Muda Putroe Phang-Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (CMPP-PKBI) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pelayanan sosial di Banda Aceh, Kamis. Hal itu disampaikannya terkait pertanyaan T. Rudi, pelajar peserta Seminar Bahaya HIV dan Narkoba terkait kesehatan reproduksi perempuan dan remaja mengenai banyaknya pengobatan alternatif yang hadir saat ini yang menjanjikan penyembuhan berbagai penyakit. Konselor di klinik VCT (voluntary control test) untuk memeriksa HIV/AIDS Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh itu mengatakan sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV-AIDS. Teknologi yang paling maju saat ini untuk menangani HIV yaitu dengan ARV (Anti-retroviral) yaitu antivirus untuk mengurangi replikasi HIV yang mampu bereplikasi sebanyak 10 miliar kali setiap hari. "Mungkin obat tradisional bisa mengurangi infeksi penyakit yang lain di tubuh penderita HIV tapi bukan membunuh kuman HIV," tambahnya. Ia menuturkan pengalaman salah seorang penderita HIV yang menggunakan buah merah asal Papua sebagai alternatif dan menghentikan terapi ARV. Seminggu kemudian penderita HIV tersebut meninggal dunia. Untuk itu, ia menyarankan bagi yang berisiko tinggi tertular HIV untuk segera memeriksakan darah ke klinik VCT. HIV dapat ditularkan melalui cairan sperma, caira vagia, darah dan ASI ibu positif HIV kepada bayinya. Di Aceh saat ini tercatat 23 penderita HIV/sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (AIDS), dan tujuh diantaranya adalah perempuan, enam orang merupakan ibu rumah tangga biasa. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008