Jerusalem, (ANTARA News) - Seorang komandan militer Israel mengakui telah memerintahkan seorang tentara menembak seorang warga Palestina yang matanya ditutup dan tangannya diborgol dengan menggunakan peluru karet, kata siaran berita saluran 10 televisi Israel di sini Kamis. Petugas tersebut, yang bernama Letkol Omri, mengatakan kepada para pemeriksa bahwa, "Saya bercanda kepada tentara itu `ayo, tembaklah dia dengan peluru karet," kata stasiun televisi swasta itu, mengutip laporan militer mengenai insiden tersebut. Tentara itu mengatakan kepada penyelidik bahwa dia percaya bahwa ia mendapat tugas tersebut, karena perintah datang dari seorang petinggi, kata saluran itu menambahkan, mengutip sumber yang sama. Penembakan tersebut direkam dalam video, yang disiarkan pada 27 Juli oleh kelompok hak asasi manusia (HAM) Israel B;Tselem. Omri semula mengatakan bahwa dia tidak memerintahkan penembakan itu, dan bahwa dia ingin tentara tersebut memain-mainkan senjatanya untuk menakut-nakuti tawanan itu, yang diketahui sebagai Ashraf Abu Rahma, 27 tahun. "Kami tidak membenarkan informasi ini," kata seorang jurubicara pada militer negara Yahudi itu kepada AFP Kamis. Pihak militer melancarkan penyelidikan setelah video tersebut ditayangkan di televisi Palestina, dan Omri Selasa ditahan selama 10 hari setelah gagal menjalani tes deteksi kebohongan. Rahma mengalami cedera ringan pada insiden 7 Juli di Nilin, suatu desa di Tepi Barat yang dicaplok Israel, di mana aksi protes berlangsung secara berkala terhadap dinding pemisah yang dibangun Israel. Israel mengatakan, alat perintang itu mereka perlukan untuk menghentikan para penyerang melakukan terobosan terhadap wilayah Israel dan pemukiman-pemukiman Yahudi di Tepi Barat, namun warga Palestina mengatakan bahwa tindakan itu adalah menyerobotan tanah yang bertujuan merongrong kelangsungan negara yang dijanjikan. Pada 2004, Mahkamah Keadilan Internasional mengeluarkan resolusi yang menyerukan bagian-bagian dari perintang yang berada di Tepi Barat hendaknya dirobohkan dan menghentikan pembangunan-pembangunan di wilayah itu. Namun Israel mengabaikan perintah itu. Pimpinan militer, Mayjen Gadi Eisenkot, menyebut insiden penembakan itu `sangat serius` dan `moral rusak` yang melanggar kode etik militer Israel. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008