Jakarta (ANTARA News) - Pak Raden, tokoh yang digambarkan berkumis tebal dan memakai busana khas Jawa dalam film anak-anak Si Unyil, mengaku sakit encoknya sering kambuh bahkan ketika ia sedang mendongeng di hadapan anak-anak. "Kalau dulu ketika di film cerita Si Unyil, Pak Raden kan selalu mengeluh sakit encok. Tapi kalau sekarang saya bukan akting ya, ini sakit encok beneran," katanya Pak Raden sambil memegang lutut dan punggunggnya bergantian, setelah mendongeng dalam "Festival Bercerita Tingkat ASEAN" di Jakarta, Minggu. Pak Raden yang memiliki nama asli Suyadi, lahir di Madiun, 28 November 1932. Ia adalah seorang pendongeng legendaris Indonesia, pendidik, pengarang buku anak, dan ilustrator. Suyadi merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung jurusan Seni Rupa dan kemudian belajar animasi di Paris, Perancis. Dalam usia yang hampir menginjak 76 tahun, Suyadi masih aktif mendongeng dengan berperan sebagai Pak Raden. Ketika mulai mendongeng "Petruk Jadi Raja" di Festival Bercerita Tingkat ASEAN, Pak Raden tersenyum sambil merentangkan kedua tangan seolah menyambut anak-anak yang bertepuk tangan dan memanggil-manggil namanya. Pak Raden berjalan perlahan sambil bertumpu pada tongkat rotan di tangan kanannya. Napasnya terengah-engah dan sempat kerepotan saat anak naik panggung. Seorang pria yang juga salah satu panitia acara menuntunnya dari tangga panggung menuju ke papan gambar yang akan digunakan Pak Raden menggambar. Tangannya yang mulai keriput tampak masih lincah menggoreskan spidol hitam di papan. Ia lantas mulai menggambar petruk dan memulai bercerita. Pak Raden bercerita sekitar 30 menit dan tetap bertahan berdiri di atas panggung. Sesekali ia berhenti mendongeng untuk menarik napas lalu kembali bercerita dengan suara dan tawanya yang khas. "Saya akan terus mendongeng untuk anak-anak, tidak tahu sampai kapan. Semoga selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk menulis buku, menggambar, dan bercerita untuk anak-anak," demikian ujar Pak Raden sambil memijat-mijat lutut kirinya yang pegal.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008