Sukabumi (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memperkuat kerja sama pengembangan energi alternatif biodiesel berbahan baku tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas) dengan pemerintah Malaysia. Penguatan kerja sama itu ditandai dengan kunjungan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditas Malaysia Datuk Peter Chin Fah Kui ke kebun induk jarak pagar (KIJP) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balitri), Pakuwon Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jabar, Senin. Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan 3rd Ministerial Joint Commision Meeting (JCM) bidang komoditi antara Indonesia dan Malaysia di Bali tanggal 25 April 2008 lalu. Salah satu kesepakatannya adalah kedua belah pihak akan bekerja sama dalam pengembangan biodiesel berbasis jarak pagar. Bidang kerja sama yang dilakukan meliputi kegiatan penelitian dan pengembangan mulai dari penanaman, pengembangan benih berkualitas, hingga teknologi pengolahan. Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono yang ikut mendampingi menyatakan, kerja sama pengembangan energi alternatif biodiesel antara Indonesia dan Malaysia harus didorong, pasalnya persaingan antara negara di dunia untuk menciptakan energi alternatif semakin ketat. Oleh sebab itu, kerjasama penelitian dan pengembangan Jarak Pagar sebagai energi alternatif harus dipercepat. Ditargetkan pada tahun 2010 mendatang pengembangan kebun jarak pagar di Indonesia sudah mencapai 1,54 juta hektare, tapi hingga kini baru tercapai seluas 130 ribu hektare. Menurut dia, untuk mempercepat pencapaian target tersebut diperlukan upaya trans genik guna mendapatkan tanam jarak pagar yang produktivitasnya tinggi, tahan terhadap penyakit dan tahan terhadap lahan kering. "Upaya yang harus dilakukan tidak cukup konvensional, tapi upaya rekayasa genetik. Produktivitasnya harus tinggi di atas 10 ton/hektarenya, tapi saat ini produktivitas jarak pagar lima ton/hektar meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya empat ton/hektare," katanya. Sementara itu, Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditas Malaysia, Datuk Peter Chin Fah Kui mengakui pengembangan energi bio-diesel di Indonesia selangkah lebih maju di bandingkan di Malaysia, diantaranya ketersediaan alat-alat untuk memproses pembuatan energi biodiesel jarak pagar. "Pengembangan bio-diesel ini juga dapat mendorong dan meningkatkan usaha-usaha yang ada di Indonesia dan Malaysia, khususnya dibidang transportasi" tuturnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008