Bangkok (ANTARA News)- Perdana Menteri (PM) Thailand, Samak Sundaravej, pada Selasa mengancam bakal menahan para pemrotes anti pemerintah karena menggunakan slogan-slogan rasial yang dapat memecah belah rakyat selama unjuk rasa di jalan. Seorang pemimpin Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) yang anti-pemerintah, Sondhi Limthongkui melakukan unjuk rasa pada Senin malam dengan memakai kaos oblong menyerukan warga Thailand etnik China bergabung dengan pemrotes, demikian laporan AFP. PAD --satu kelompok campuran royalis, pengusaha dan aktivis-- melakukan unjukrasa kecil dekat kantor-kantor Samak sejak 25 Mei. Samak menuduh Sondhi memakai kaos oblong untuk menghasut perpecahan rasial. "Saya kira tindakan ini adalah salah karena ia menggunakan masalah rasial untuk menghasut kerusuhan," kata Samak kepada wartawan sebelum sidang mingguan kabinetnya. "Saya memerintahkan polisi khusus untuk menangkap semua orang yang melakukan tindakan yang dapat memecah belah etnik," katanya. Ribuan pemrotes hadir dalam unjuk rasa setiap hari dalam dua bulan belakangan ini, menuntut pemerintah mundur. PAD menuduh Samak bertindak sebagai kepanjangan tangan mantan PM Thaksin Shinawatra, yang digulingkan tahun 2006 dan kini menghadapi sejumlah tuduhan korupsi. Thaksin adalah warga Thailand-China bersama sekitar 10 persen dari jumlah seluruh penduduk negara itu -- tetapi walaupun jumlah mereka kecil mereka memegang kekuasaan besar di negara itu. Inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan sengketa perbatasan dengan Kamboja juga membuat bertambah besar kecaman rakyat. PAD juga menentang amendemen konstitusi negara itu, yang mereka anggap sebagai menguntungkan untuk Thaksin dan sekutu-sekutunya. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008