New York, (ANTARA News) - Harga minyak memperpanjang penurunannya pada Selasa waktu setempat, atau Rabu pagi WIB, ditutup di bawah 120 dolar AS per barrel untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir, karena sinyal dari pelambatan ekonomi global meningkatkan keraguan tentang permintaan minyak. Seperti dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September turun 2,24 dolar AS menjadi ditutup pada 119,17 dolar AS per barrel. Harga minyak mentah AS telah jatuh hampir 20 persen sejak mencapai rekor tertinggi 147,27 dolar AS per barrel pada 11 Juli. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September jatuh 2,98 dolar AS menjadi mantap pada 117,70 dolar AS per barrel. "Harga minyak hari ini medapat pukulan dari banyaknya sinyal yang menunjukkan permintaan hancur," kata Phil Flynn, seorang analis Alaron Trading. Flynn mencatat sebuah laporan pemerintah Inggris, Selasa, menunjukkan produksi manufaktur turun lebih tajam dari perkiraan. "Itu ditampakkan dari angka-angka ekonomi Inggris yang keluar melemah memberikan tekanan pada zona euro untuk lebih mencemaskan tentang pertumbuhan daripada tentang inflasi dan barang kali penurunan suku bunga," kata dia. Federal Reserve, sesuai perkiraan, mempertahankan suku bunga jangka pendeknya tak berubah pada 2,0 persen, menunjuk lesunya pertumbuhan di ekonomi terbesar di duni itu dan kekhawatiran terhadap inflasi. Pada Senin, Brent turun di bawah 119 dolar AS untuk pertama kalinya dalam tiga bulan sejak Mei, setelah laporan departemen perdagangan AS menunjukkan belanja konsumen yang merupakan dua pertiga dari produksi ekonomi, telah mendingin pada Juni, sementara inflasi meningkat. Amerika Serikat adalah pengguna energi terbesar di dunia, sehingga melambatnya belanja konsumen membebanai proyeksi permintaan minyak global. "Meningkatnya pasokan dari OPEC membuat para pelaku pasar menyadari aktivitas ekonomi memburuk yang membuat cadangan minyak turun dan terus turun," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global. Harga juga kehilangan dukungan dari hilangnya ancaman badai di Teluk Meksiko, basis utama instalasi minyak. Badai Tropis Edouard membuat pendaratan pada Selasa di pesisir Texas di Teluk Meksiko, menurut Pusat Informasi Topan Nasional AS. Pasar telah mencemaskan Edouard akan berbalik menjadi sebuah angin topan yang dapat merusak produksi minyak di kawasan tersebut. Sementara Iran pada Selasa menghadapai ultimatum baru dari enam kekuatan global untuk menerima sebuah paket insentif untuk membekukan pekerjaan nuklir yang sensitif atau menghadapi lebih banyak sanksi PBB. Ketegangan atas program nuklir Iran telah meningkat pada Senin, setelah Republik Islam itu gagal memenuhi tenggat waktu akhir pekan untuk meresponm sebuah paket insentif internasional yang bertujuan membujuk Iran untuk membekukan pengayaan uraniumnya. Iran negara produsen minyak mentah terbesar keempat di dunia, telah menolah menghentikan pengayaan uraniumnya dan mengatakan hal itu bertujuan untuk memproduksi bahan bakar untuk memproduksi listrik tenaga nuklir. Amerika Serikat dan sekutunya mengkhawatirkan program tersebut hanya sebagai topeng untuk sebuah program pembuatan senjata nuklir.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008