Jakarta (ANTARA News) - Apalah arti sebuah nama? kata Shakespeare. Namun demikian, nama, sebutan atau panggilan sering kali bukan tanpa makna. Di dunia musik Tanah Air, banyak kelompok menggunakan nama yang bermakna. Sebut saja Giant Step yang berarti Langkah Raksasa atau God Bless (Anugerah Allah), atau The Profesor karena semua personelnya adalah Guru Besar di Universitas Indonesia. Serupa tapi tak sama, saat ini muncul satu band "baru muka lama" yang menyebut dirinya De Office. Berasal dari bahasa Belanda (De) dan Inggris (Office), kelompok beranggotakan Arief (vokal), Artha (gitar), Ipunk (bas), Ipoel (kibor) dan Iwan (dram) menggunakan nama itu lantaran mereka semua pekerja kantoran. "Kami pakai nama De Office karena kami semua adalah pekerja kantoran," kata Arief saat meluncurkan album debut bandnya yang berjudul "Pesan Dari Hati", di Panti Muslimin Indonesia, Keramat Raya, Jakarta Pusat, belum lama ini. Arief adalah direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan tabung gas Elpiji. Bersama Artha, Ipunk, Ipoel, dan Iwan, ia juga membuka usaha studio rekaman yang dinamakan Bas Record. Secara kebetulan memiliki kemampuan bermusik, lima anak muda ini tampaknya tidak puas jika hanya menjadi pekerja kantoran. Bermula dari iseng dan sekadar menyalurkan hobi bermain musik, mumpung punya studio sendiri, mereka akhirnya sepakat untuk juga menjadi "anak band". Bas 8 band Arief dan kawan-kawan awalnya memakai nama Bas 8 band. Musik yang mereka mainkan tidak kurang dan tidak lebih dari lingkaran genre pop/rock alternative. Karya mereka cukup diapresiasi, terbukti ketika Indomusic pada 2002 mengajak band itu masuk dapur rekaman untuk membuat album yang kemudian diberi judul "Ungkapan Jiwa". Dua tahun kemudian, Bas 8 band meluncurkan album kedua yang dijuduli "Untuk Kamu", kali ini di bawah label Alfa Record. Masih di tahun 2004, lewat satu kompetisi yang digelar sejumlah stasiun radio dan Musica Studio, Bas 8 ikut dalam rekaman album kompilasi "Pilih 2004". Sayangnya, sekalipun sudah lulus ujian di ajang yang penah melahirkan Peterpan tersebut, Arief dan kawan-kawan belum beruntung bisa meraih perhatian pasar. "Album-album kami gagal. Waktu itu Kami memang idealis," begitu kata Arief, sekadar untuk tidak menyatakan bahwa bandnya dahulu kurang memperhatikan selera pasar yang didominasi kaum penyuka lagu pop yang ringan, mudah dicerna, dan tentunya kaya akan lirik bertema asmara. Usai album "Pilih 2004", Bas 8 band pun tertidur cukup lama lantaran Artha hengkang. Meski sempat merekrut pemain gitar pengganti sebanyak dua kali, toh band ini tak mampu bangun dari tempat tidur. "Kami kesulitan menemukan jati diri atau warna musik kami," kata Ipunk. "Akhirnya Artha come back, dan kami berharap dia enggak pergi lagi," kata Arief menimpali. Serba cintaSerba delapan De Office sengaja meluncurkan album debutnya pada waktu serba delapan, "8-8-2008", satu hal yang juga dilakukan kelompok Chili Band, Baron`s Soulmates Band. Peterpan, Makara, juga penyanyi Eliana Dewi dan Tina Toon. Bedanya, ketika Chili Band, Baron`s Soulmates Band memilih tempat peluincuran di Pisa Cafe Menteng, Makara Band di Vicky Sianipar Studio, Peterpan di Djakarta Theatre, Eliana Dewi di Hotel Omni Batavia, dan Tina Toon di Pasar Atrium Senen, De Office justru memilih Panti (Asuhan) Muslimin Indonesia sebagai tempat awalnya melangkah. "Ini awal yang baik dari sebuah niatan yang baik pula," kata produser eksekutif Ardju Fahadaina dari Bas Record. Selain jumpa pers, De Office juga menggelar konser mini di atas panggung kecil yang dibangun di halaman tengah panti. Mereka seperti hendak bercengkrama dan membesarkan hati anak-anak yatim di tempat itu. Upacara "bubur merah bubur putih" sebagai tanda digantinya nama Bas 8 menjadi De Office pun dilakukan dengan mendonasikan uang tunai sebesar Rp8 juta rupiah kepada pihak pengelola panti. "Semoga sumbangan kami ini bermanfaat," kata Arief. Sepintas, segala hal sudah dilakukan Arief. Ipunk, Artha, Ipoel dan Iwan untuk kembali melangkah di pentas musik Tanah Air. Nama band sudah diganti, genre musik pun sudah berubah. Namun, mampukah De Office meraih kesuksesan kelak? "Semua butuh waktu. Kami juga orang bisnis yang mengerti bagaimana harus berbuat. Sekarang ini yang terpenting adalah menanamkan image De Offiice dulu, paling tidak dengan cara penayangan video klip di berbagai stasiun televisi dan berjualan RBT (ring back tone)," kata Arief mantap. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008