Jakarta (ANTARA News) - Bagi Stephen Smith, upaya meningkatkan hubungan dwipihak dengan Indonesia telah menjadi salah satu agendanya sejak pertama kali diangkat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia pada 3 Desember 2007. Sekalipun baru menjabat kurang dari satu tahun, politisi senior Australia itu telah empat kali melakukan pertemuan dwipihak dengan Menlu RI Hassan Wirajuda guna mempererat hubungan kedua negara. "Ini setelah pertemuan kami di Bali pada Desember, pertemuan kami di Perth pada Februari dan pertemuan kami di Singapura bulan lalu selama pertemuan ASEAN," kata Smith saat melakukan jumpa pers bersama Menlu RI, Hassan Wirajuda, di Gedung Pancasila Jakarta, Senin, ketika mencoba menggambarkan keakrabannya dengan timpalannya itu. Menurut pria kelahiran 12 Desember 1955 itu, Indonesia adalah mitra penting Australia di kawasan sehingga sudah sewajarnya jika ia memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Menlu RI. "Hubungan Australia dengan Indonesia kukuh dan luas, mencerminkan kepentingan dan komitmen bersama kita untuk memajukan banyak kerja sama bilateral, kawasan dan global yang penting untuk kita," kata pria yang dilahirkan di Narrogin, Australia Barat itu. Ayah dua anak yang mengenakan setelan jas berwarna gelap dengan dasi bergaris-garis merah itu juga mengatakan bahwa hubungan kedua negara memiliki payung hukum baru dengan pemberlakuan Perjanjian (Traktat) Lombok. Di Perth pada Febuari lalu, kedua Menlu melakukan pertukaran dokumen secara resmi untuk memberlakukan Perjanjian Lombok tentang kerja sama keamanan. "Perjanjian Lombok adalah sebuah langkah yang signifikan dan penting bagi hubungan kedua negara, memberikan kerangka kerja hukum yang mantap untuk memperkuat kerja sama keamanan yang luas antara Australia dan Indonesia." Lebih lanjut, Smith yang gemar menonton kriket dan hoki itu mengatakan rencananya berkunjung ke Kabupaten Gowa guna meresmikan salah satu sekolah bantuan Australia. "Di Perth Dr Wirajuda menemani saya berkunjung ke bekas sekolah menengah atas saya dimana beliau berbicara di depan kelas bahasa Indonesia. Pada kunjungan saya ke Indonesia, saya dengan Dr Wirajuda akan ke Sulawesi Selatan untuk mengunjungi salah satu dari 2.000 sekolah menengah pertama yang dibangun atau diperluas oleh Australia di Indonesia sebagai bagian dari bantuan pembangunan kami di bidang pendidikan dasar," katanya sambil menoleh ke arah Hassan yang berdiri di sisinya. Bagi publik Australia, sepak terjang Smith di dunia politik bukanlah hal yang baru. Sebelum ditunjuk sebagai Menlu, Smith memegang sejumlah posisi menteri bayangan termasuk Menteri Bayangan perdagangan, Menteri Bayangan Sumber Daya dan Energi, Menteri Bayangan Komunikasi, Menteri Bayangan Kesehatan, Menteri Bayangan Imigrasi dan Menteri Bayangan Industri, Infrastruktur dan Hubungan Industri. Sedangkan dari Desember 2006 hingga pemilihan umum federal pada November 2007, pendukung Partai Buruh itu menjadi Menteri Bayangan Pendidikan dan Pelatihan. Sebelumnya Smith adalah anggota parlemen federal untuk Perth sejak Maret 1993. Bagi pria yang menyelelesaikan pendidikan S1 dalam bidang seni dan hukum di Universitas Australia Barat itu, dimensi hubungan Australia-Indonesia bukanlah hal yang baru. Pada 1991-1992 pria yang berprofesi sebagai pengacara itu menjadi penasehat khusus bagian Partai Buruh Australia dan Penasehat Senior Wakil Perdana Menteri dan Bendahara Australia Paul Keating, yang kemudian menjadi Perdana Menteri di era Presiden Soeharto. Dalam sesi tanya-jawab di acara yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) Senin siang, Smith ingin memperkuat hubungan kedua negara bertetangga itu dengan mengadakan kemitraan-kemitraan di berbagai bidang termasuk di perubahan iklim dan lingkungan hidup, pendidikan dan keamanan. "Hubungan kita tak lagi suatu hubungan antara pendonor dan negara dalam kesulitan tapi suatu kemitraan potensi besar antara dua demokrasi kukuh yan melampaui bilateral hingga ke kawasan dan internasional," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008