Medan (ANTARA News) - Ulama dan tokoh ormas Islam diharapkan dapat menyatukan persepsi dalam penentuan 1 Ramadhan 1429 Hijriyah dan menahan diri dengan tidak mempublikasikan hasil hisab (perhitungan) atau rukyat (pemantauan bulan) yang dilakukan sebelum disepakati bersama. Hal itu diperlukan agar tidak menimbulkan kebingungan sekaligus untuk kebersamaan ummat dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kata Ketua Forum Komunikasi dan Kerjasama Islamic Centre (FKKIC) Sumut, Dr Zainul Fuad, MA ketika menjawab ANTARA News di Medan, Selasa. Menurut dia, para ulama memiliki kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang berbeda dalam proses hisab dan rukyat guna menentukan tanggal 1 Ramadhan, menyususl perbedaan metodologi dan posisi bulan yang didapatkan dalam proses perhitungan. Selama perbedaan tersebut tidak terlalu jauh, ulama dan tokoh ormas Islam sebaiknya "mengijma`kan" (menyatukan) pendapatnya. Kesepaktan itu lebih baik dan bermanfaat untuk meningkatkan kekompakan dan kebersamaan umat dalam melaksanakan ibadah puasa, kata alumni Hamburg University Jerman itu. Ia menambahkan, ulama dan tokoh ormas juga diharapkan dapat menahan diri dengan tidak mempublikasikan penetapan 1 Ramadhan sebelum dibahas dengan ormas lain atau dengan Departemen Agama sebagai perwakilan pemerintah. Ummat Islam akan menjadi bingung jika terdapat perbedaan dalam penetapan itu. "Untuk kemaslahatan (kebaikan) bersama, sebaiknya penetapan tersebut diseragamkan berdasarkan kesepakatan bersama," kata Direktur Institute For Peace and Human Rights IAIN Sumut itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008