Jayapura (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Papua merencanakan mengalokasikan dana pad atahun anggaran 2009 untuk menjajaki keberadaan lokasi dan jumlah penduduk suku Koroway yang selama ini bermukim di pepohonan hutan rimba Papua, khususnya di Distrik Citak Mitak, Kabupaten Mappi. Kepastian penjajakan itu disampaikan Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Papua, Drs Wasuok Joseph Siep, menjawab pertanyaan ANTARA di Kantor Gubernur Papua, Jayapura, Rabu, menindak-lanjuti hasil Turun Kampung (Turkam) Gubernur Papua, Barnabas Suebu, pada akhir Juli 2008 di Senggo, ibukota Distrik Citak Mitak. Gubernur Suebu pada kesempatan Turkam berjanji pemerintah akan memberikan perhatian penuh dengan pengalokasikan dana untuk membina dan memukimkan kelompok suku terasing Koroway yang hingga kini masih tinggal di atas pohon-pohon tinggi di hutan belantara kawasan daerah aliran sungai Digoel, Kabupaten Mappi dan sebagian lainnya di Kabupaten Boven Digoel. Menindak-lanjuti janji Gubernur, Siep menjelaskan dana yang tersedia pada tahun anggaran 2008 sangat minim, sehingga direncanakan tahun anggaran 2009 dialokasikan dana khusus, baik dari Provinsi Papua maupun pusat untuk melakukan penjajakan kondisi geografis, keberadaan penduduk dan jumlah warga suku Koroway. Penjajakan dan studi lapangan itu akan melibatkan instansi terkait, seperti Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kampung (BPMK), Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P&P), Kantor Badan Perencanaan Pembangunan dan Pengendalian Daerah (BP3D) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga pemerhati masalah sosial-kemasyarakatan, seperti Yayasan Pengembangan Masyarakat Masirey (YPPM) Papua. Menurut dia, yayasan yang dipimpin Theis Wopari itu bertahun-tahun secara swadaya membantu suku terasing yang masih mengembara di kawasan daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo yang tersebar di Kabupaten Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Waropen hingga sebagian wilayah di Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya. Sedangkan instansi pemerintah, seperti Dinas Kesejahteraan Sosial, Dinas Kesehatan, BPMK, Dinas P&P dan BP3D, dapat menangani masalah suku terasing sesuai bidang masing-masing, namun dananya dialokasikan instansi bersangkutan, sebab saat ini dana yang tersedia minim, sehingga tidak bisa dilakukan penjajakan keberadaan suku "penghuni pohon" itu. Siep mengatakan, setelah penjajakan kondisi geografis dan keberadaan penduduk suku terasing Koroway, maka pada tahun anggaran 2009 diprogramkan kegiatan untuk menangani suku terasing ini agar kelak mereka dapat berdaptasi, mengembangkan komunitasnya ke arah yang lebih baik di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, perumahan dan pengenalan terhadap ajaran agama yang akan dianut mereka Suku Koroway "Penghuni Pohon" itu ditemukan para pekerja perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi PT Conoco yang bermarkas di Prancis, dengan kantor Penghubungnya di Sorong, Papua Barat, pada sekitar 1982. Pekerja perusahaan itu melakukan survey pengeboran (seismic) dan tembak (recording), namun temuan para pekerja itu kurang ditindak-lanjuti pemerintah. "Selaku pembantu gubernur, kami bersungguh-sungguh menangani program yang bisa diterima suku penghuni pohon itu agar kelak mereka bisa beradaptasi dengan dunia luar. Walaupun dananya pasti besar, namun penanganannya akan berkelanjutan," ujar Siep. Dilaporkan bahwa kaum lelaki suku Koroway mengenakan selembar daun yang diikat tali di ujung auratnya, sedangkan kaum perempun mengenakan selembar daun yang diikat tali di pinggang menutupi auratnya. Mereka membuat rumah tinggal di atas pohon-pohon yang tinggi. "Makanan pokoknya sagu dan berburu binatang, seperti kus-kus, kasuari, burung, babi dan beraneka fauna yang bisa dikonsumsi, setelah dimasak dengan cara mereka secara turun temurun," kata Wasuok Joseph Siep. (*)

Copyright © ANTARA 2008