Oleh Lorensius Molan Kupang (ANTARA News) - Romo Zakarias Benny bersama keluarganya berangkat dari Ile Ape, Kabupaten Lembata, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan perasaan bahagia untuk kunjungan keagamaan di Witihama, sebuah kecamatan di Pulau Adonara bagian timur, Kabupaten Flores Timur, Sabtu (9/8). Kedatangan Romo Zaka, demikian panggilan akrabnya, di kecamatan itu untuk merayakan pesta imamatnya sebagai seorang imam Katolik yang ke-25 bersama umat Katolik di paroki Witihama, esok harinya. Selama hampir 20 tahun Romo Zaka menjadi pastor paroki atau pemimpin umat di Gereja Katolik Sta Maria Pembantu Abadi Witihama di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketika sampai di Witihama, Romo Zaka menginap di rumah pastoran, sedangkan anggota keluarganya yang berjumlah sekitar 15 orang, menginap di kediaman Tarsius Usen Ama dan Maria Imaculata Barek Bunga di Desa Lamablawa. Bagi Romo Zaka, Tarsius Usen Ama dan Ina Siti, sapaan akrab Maria Imaculata Barek Bunga, merupakan "orangtua kandung di tanah rantau". Selama dia menjadi pastor paroki Witihama, keluarga Tarsius dan Ina Siti lah yang menjadi tempat baginya untuk mencurahkan isi hati setelah memberikan pelayanan iman kepada para jemaat di wilayah pastoral yang melingkupi 10 desa itu. Sebagai seorang ibu rumah tangga di desa, Ina Siti juga selalu antusias menyambut kedatangan para tamu yang tidak lain adalah keluarganya Romo Zaka. Sepanjang Sabtu itu, Ina Siti seakan tak lelah mengambil air di kran umum guna mengisi pada wadah-wadah penampungan air untuk kebutuhan mandi dan cuci para tamu dari tanah Lembata itu. Sama seperti kebanyakan perempuan di desa itu, Ina Siti memainkan beragam peran. Pekerjaan dia sebagai ibu rumah tangga berarti juga harus mengambil air di kran umum, bekerja di kebun, sambil terus mengurusi dapur. Menjelang malam tiba, sekitar pukul 18.30 Wita, Ina Siti mengalami musibah ketika Tarsius Usen Ama bersama keluarga Romo Zaka sedang menikmati teh panas di halaman rumah di Desa Lamablawa itu. Siti tertabrak sepeda motor yang melaju kencang ketika ia hendak mengambil air yang terakhir di kran umum, sekitar 200 meter dari kediaman mereka. Ina Siti mengalami luka parah. Pergelangan kaki kiri serta rahang bawahnya patah serta sebuah luka besar menganga di bagian pelipis kirinya. Korban langsung dilarikan ke Puskesmas Pulitoben Witihama yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat kejadian perkara. Para medis di puskesmas Pulitoben "angkat tangan" dan meminta korban dibawa ke RSUD Larantuka, di Pulau Flores bagian timur. Malam itu juga, Ina Siti dibawa ke RSUD Larantuka melalui jalan darat dan menyeberangi lautan, namun nyawa ibu yang dikenal masyarakat setempat sebagai perempuan pemurah hati itu tidak terselamatkan. Dia meninggal saat ditangani tim dokter di rumah sakit pemerintah tersebut. "Kami sudah berusaha maksimal, namun Tuhan menghendaki lain. Ina Siti tidak bisa ditolong, ia telah pergi," kata dr Yoseph Usen Ama, Direktur RSUD Larantuka melalui telepon genggamnya pada Sabtu tengah malam itu. Romo Zaka mengaku merasa sangat terpukul ketika mendengar kabar duka tersebut. Ia sempat melihat korban ketika mendapat pertolongan pertama di Puskesmas Pulitoben Witihama. "Duka ini datang saat saya bersama keluarga tiba di Witihama dan menginap di rumah Usen Ama dan Ina Siti menjelang perayaan pesta imamat," katanya ketika menyampaikan pesan pada misa imamatnya di Gereja Sta Maria Pembantu Abadi Witihama, Minggu. Pesta imamatnya yang sudah disiapkan secara matang itu, akhirnya berjalan apa adanya karena duka datang menimpa seorang yang biasanya berperan aktif dalam kegiatan masyarakat di sana. Romo Zakarias hanya bisa memeluk Ama Usen serta Laurensius Kopong Belawa, putra semata wayang pasangan Tarsius Usen Ama dan Maria Imaculata Barek Bunga, dalam linangan air mata kesedihan. Tersangka pelaku, Kebang, menyerahkan diri di Kantor Kepolisian Sektor Adonara Timur di Waiwerang beberapa saat setelah menabrak Ina Siti di depan Balai Desa Lamablawa itu. Jenazah Ina Siti dimakamkan di samping kediaman mereka di Desa Lamablawa pada hari Minggu itu usai perayaan misa suci mengenang 25 tahun imamatnya Romo Zakarias Benny Pr. Pesta itu akhirnya berubah jadi duka cita sekaligus kenangan buruk bagi Romo Zakarias Benny saat merayakan 25 tahun imamatnya sebagai seorang imam Katolik. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008